http://referral.totobet.net/link.php?member=nomor13

Hidup Jangan Tertidur

Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu Anda lakukan adalah menjadi SADAR. Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan ''tertidur.'' Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan ''tertidur.''

Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu di mana menyimpan uang. Anda pun tahu persis nomor pin Anda. Dan Andapun menyerahkan uang Anda pada orang tidak dikenal. Anda tahu, tapi tidak sadar. Karena itu, Anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda.

Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi Anda tidak juga melakukannya. Anda tahu memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi Anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi Anda tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh tahu tapi tidak sadar!

Ada dua hal yang dapat membuat orang menjadi sadar. Pertama, peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya adalah ''rahmat terselubung'' karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Anda baru sadar pentingnya kesehatan kalau Anda sakit. Anda baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol Anda mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Anda baru sadar nikmatnya bekerja kalau Anda di-PHK. Seorang wanita karier baru menyadari bahwa keluarga jauh lebih penting setelah anaknya terkena narkoba. Seorang sopir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi setelah hartanya habis.

Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan kalau Anda sedang menonton film di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata, ''Silakan Anda pulang, pertunjukan sudah selesai!'' Anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi, si penjaga hanya berkata tegas, ''Pertunjukan sudah selesai, listriknya tidak akan pernah hidup kembali.''

Itulah analogi sederhana dari kematian. Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat kita sering menyadarkan kita pada arti hidup ini. Kematian menyadarkan kita pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya kita meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan yang tidak sempat kita nikmati.

Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.

Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, ''Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.'' Manusia bukanlah ''makhluk bumi'' melainkan ''makhluk langit.'' Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan ''rumah'' untuk mencari ''rumah'' yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.

Coba Anda resapi paragraf diatas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup. Kalau Anda menyadari hal ini, Anda tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Bila Anda sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu sudah cukup! Buat apa sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan -- apalagi dengan menyalahgunakan jabatan -- kalau hasilnya tidak dapat Anda nikmati selama-lamanya. Apalagi Anda sudah merusak jiwa Anda sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi.

Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita sadar? Jawabnya: ya! Tapi kalau Anda merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah: Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati Anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.


Oleh Arvan Pradiansyah,
Penulis buku You Are A Leader!

Apapun yang terjadi hari ini Bersemangatlah, karena selalu ada Hikmah didalamnya

Pagi ini, Andrew mendapat sms dari Manager-nya kalau dia tidak perlu masuk kantor. Hal ini setelah dikabarkan bahwa Kantor Perusahaan baru saja kebakaran , habis dilalap si Jago Merah. Besar kemungkinan dampak dari kejadian ini status Andrew untuk sementara akan dirumahkan.

Mendengar bosnya tersebut, Andrew yang sudah bersiap berangkat ke kantor, berubah menjadi lunglailah sudah. Wajahnya yang awalnya ceria berubah menjadi murung. Seolah bayangan hitam muncul dihadapannya. Perlahan ketakutan menghantui fikirannya, bagaimana nanti kehidupannya, bagiamana Cicilan Mobil yang masih 20 bulan ke depan. Bagaimana rencana Pernikahan yang sudah direncanakan. Bagaimana dengan semua itu? Andrew merenung kebingungan Andi, kawan sekantor Andrew juga mendapatkan sms yang sama pula dari Manager. Andi yang telah berkeluarga tanpa sadar mengeluarkan air mata. Ketakutan muncul dari hadapannya. Tentang kelaparan yang dideritanya dan keluarga. Jika benar Andi dirumahkan, artinya dia akan kehilangan pekerjaan, begitu pula cicilan mobil yang dimilikinya, entah bagaimana nanti untuk membayarnya. Menghadapi kebimbangan, Andi memtuskan bahwa dia tidak ma terus menerus dalam kebingungan. Diapun langsung bangkit seketika. Membongkar semua celengan yang masih dipunya. Segala tabungan yang masih tersisa. Dia mulai membagi uang tersebut menjadi tiga. Sepertiga langsung difikirkan untuk membuat usaha, sepertiga untuk rumah tangga dan sepertiga sisa untuk jaga-jaga. Tiga bulan telah terlewati dari kejadian itu. Andrew dan Andi positif dirumahkan oleh Perusahaan. Karena modal Perusahaan yang tak mencukupi, akhirnya mereka pun menjadi dampaknya. Bayangan ketakutan Andrew akan masa depan semakin menguat saja. Tabungan yang dimilikinya menipis untuk membayar tagihan cicilan mobil dan untuk kebutuhannya . Pernikahan yang sudah direncanakan mulai dilanda ketidakpastian, karena dia bulan demi bulan berlalu Andrew belum juga memiliki pekerjaan. Selain karena persaingan, juga focus Andrew yang memikirkan masalah pribadinya yang menjadi penghalang dan ketakutan.

Andi, kawan Sekantor Andrew pun juga memiliki nasib yang sama, yaitu dirumahkan. Namun karena Andi memiliki cara pandang yang berbeda tentang arti dirumahkan, dia tak mau larut dengan kesedihan yang menimpa. Setelah membagi uang yang tersisa dimilikinya, disertai kemampuan yang dimilikinya Andi perlahan membuka usaha. Dengan fasilitas internet, dia membuka jasa konsultan internet dari rumahnya. Memang dua bulan pertama belum ada klien yang memberikan order kepadanya.Andipun nyaris putus asa, namun Andi tidak mau membiarkan keputusasaannya mematikan api semangatnya. Dia terus bersemangat dengan ulet menawarkan produk jasanya melalui dunia maya. Dan akhirnya, di bulan ketiga dia mulai merasakan hasil jerih payahnya. Order demi order mulai datang. Sehingga Andi tak perlu lagi terpusingkan dengan masalah keuangan. Bahkan setelah satu tahun, dia mampu memiliki penghasilan jauh daripada pekerjaan yang telah ia tinggalkan karena dia “dirumahkan”
-------------------------------------------------------------------------

Sahabat.
Kita tidak pernah tahu kapan bencana menimpa. Kita juga tidak pernah tahu dengan kepastian ekonomi di negeri kita. Yang kita tahu bahwa kita harus senantiasa waspada akan segala kemungkinan yang terjadi. Dan kita juga harus bisa kreatif dalam menghadapi segala situasi. Kisah Andi dan Andrew adalah salah satu kisah dimana kemungkinan bencana dan PHK menerpa kita. Namun menghadapi PHK, ternyata pandangan kita terhadapnya tidaklah selalu sama.Walau pastinya merasa terluka dan kecewa karena PHK menimpa kita, namun ketika itu terjadi, kita tak bisa berbuat apa-apa terhadap pekerjaan kita.

“Kita memang tidak bisa mengubah situasi, namun kita bisa memanfaatkan situasi untuk kesuksesan kita” demikian seorang bijak pernah berkata kepada saya. Dalam kesulitan, selalu ada orang hebat yang mampu memanfaatkan kesulitan menjadi peluang. Seperti Andi dalam contoh diatas. Ketika dia menyadari bahwa dia tidak berdaya menghadapi situasi, maka Andi mengubah cara berfikir karyawannya untuk menjadi wirausaha. Dan ternyata dengan menjadi wirausaha membuat dia menjadi sukses luar biasa. Kejadian yang tak pasti senantiasa menghantui kita semua. Tak pernah ada jaminan pasti bahwa kita selalu eksis di pekerjaan kita.

Seorang sahabat yang sekarang menjadi Manager di Smart pernah bercerita, ketika suatu saat di pekerjaan yang lama beliau dipindahkan dari punya ruangan khusus tiba-tiba dipindahkan menjadi karyawan biasa. Menghadapi peristiwa itu jelas membuatnya kecewa, namun dibalik kecewaannya itu memberikan hikmah kepada dirinya. Ternyata dengan beliau menjadi karyawan biasa, pekerjaannya tidaklah terlalu berat sehingga beliau pun terfikirkan untuk bisa kembali melanjutkan pendidikannya dengan mengambil kuliah S-2. Justru ternyata, dengan beliau menjadi karyawan biasa untuk sementara dan kuliah S-2 inilah yang membuat karirnya melesat dikemudian hari dan kini menjadi salah satu Manajer di Perusahaannya sekarang.

Sahabat kita tidak pernah bisa menduga apa yang terjadi pada kita di hari ini. Apapun yang terjadi hari ini Bersemangatlah, karena selalu ada Hikmah didalamnya. Percayalah, dengan kita bersemangat senantiasa perlahan kita bisa menemukan celah kemudahan yang membawa kita kepada kesuksesan. Dengan kita mengubah cara pandang dari Kesulitan niscaya kita bisa menjadi Orang Sukses yang bangkit dari keterpurukan.

Orang sukses yang sebenarnya bukanlah orang yang tak pernah mengalami kesulitan/keterpurukan justru mereka adalah orang-orang yang bisa melihat peluang dibalik kesulitan yang membawanya bangkit dari kegagalan menuju kesuksesan.

Kalau orang lain bisa Sukses, maka kita pun pasti juga bisa SUKSES.
Tetap Semangat menghadapi kehidupan.

Salam berbagi senantiasa


A.Setiawan
Keep on Smile to Face the World
Life Learner,Trainer & Motivator
Certified Master NLP &Hypnotist

30 Hari Yang Luar Biasa

Kata pengantar :
Kita, Anda dan saya, memiliki banyak hari di dalam hidup ini. Tapi seringkali kita membiarkan hari-hari berlalu...tanpa kita sadari...Kita lupa...bahwa kita memiliki kesempatan begitu banyak...

Hari ini...saya ingin berbagi dengan teman, sahabat, keluarga dan siapa pun yang melintas di dalam kehidupan saya. Untuk kita sama-sama berbagi pengalaman.. .dan bersyukur selama 30 hari yang luar biasa .

Mengapa 30 (tiga puluh) hari ? Karena hari ke 31 adalah milik Anda...lanjutkanlah hari luar biasa yang Anda miliki...dan berbagilah.. .Semoga Allah berkenan melimpahkan berkah dan rahmatNya untuk semua hari yang kita miliki...

Hari 1 :
Mulailah hari ini dengan tersenyum...
Bersyukurlah untuk hal paling kecil yang dapat Anda lakukan

Hari 2 :
Ketika mata masih terpejam
Bukalah telinga Anda...
Dengarkan suara-suara pagi yang indah
Bersyukurlah. ..karena pendengaran Anda masih berfungsi

Hari 3 :
Di pagi hari yang indah
Bukalah mata Anda...
Bersyukurlah. ..Anda masih bisa melihat dunia sekitar

Hari 4 :
Bangunlah dengan pelan
Buka mata Anda
Lihatlah bagian diri yang paling dekat
Pandanglah jari-jari Anda
Mereka lengkap dan sempurna
Bersyukurlah. ..Anda masih memiliki mereka
Untuk membantu Anda beraktivitas hari ini

Hari 5 :
Bangunlah dengan gembira
Mandilah di pagi yang sejuk
Rasakan air mengalir di sekujur tubuh Anda
Bersyukurlah
Anda masih memiliki air bersih untuk mandi

Hari 6 :
Duduklah di kursi seputar meja makan
Lihatlah secangkir kopi atau teh di sana
Hiruplah aromanya
Bersyukurlah. ..
Anda masih memiliki penciuman yang sempurna

Hari 7 :
Berdirilah di depan kaca cermin
Lihatlah wajah yang menatap Anda
Bersyukurlah. ..
Anda masih dapat bertanya kepadanya : Siapakah saya ?

Hari 8 :
Berkelilinglah di kamar Anda
Lihatlah betapa rapi atau berantakan isinya
Bersyukurlah. ..
Anda masih memiliki sesuatu untuk ditempatkan di sana

Hari 9 :
Masuklah ke dalam kamar mandi
Bersihkanlah isi tubuh Anda
Rasakan leganya
Bersyukurlah. ..
Anda masih memiliki sistem metabolisme yang berfungsi dengan baik

Hari 10 :
Pergilah ke dapur
Lihatlah kompor yang menyala
dan panci yang barangkali hangus dasarnya
Beryukurlah. ..
Anda masih memiliki bahan baku untuk dimasak dan dinikmati

Hari 11 :
Duduklah di ruang tamu
Biarkan waktu bergulir sejenak
Bersyukurlah. ..
Anda memiliki tempat dan saat indah
Untuk bersilaturahmi di sana

Hari 12 :
Keluarlah dari rumah Anda
Lihat ke kiri dan ke kanan
Adakah sepotong halaman dengan setangkai bunga di sana ?
Bersyukurlah. ..
Anda memiliki kehidupan lain yang tumbuh bersama

Hari 13 :
Pergilah ke luar
Lihatlah ke langit
Dengarkan suara burung berkicau
Bersyukurlah. ..
Anda dapat menikmati orkestra alam secara gratis

Hari 14 :
Berjalanlah selangkah di depan pagar
Lihat tetangga kiri dan kanan
Bersyukurlah. ..
Anda dikelilingi orang-orang yang dapat diandalkan

Hari 15 :
Berdirilah di depan pintu pagar rumah Anda
Lihat ke arah dalam
Itulah tempat tinggal Anda
Bersyukurlah. ..
Anda memiliki tempat berlindung yang penuh cinta

Hari 16 :
Masuklah ke dalam rumah
Lihat dan dengarkan
Anak-anak yang berlarian dan berceloteh riang
Beryukurlah. ...
Anda mendapat titipan berharga dariNya

Hari 17 :
Ayunkan langkah
Berangkatlah dari rumah menuju ke suatu titik tujuan
Bersyukurlah
Anda memiliki tempat untuk datang

Hari 18 :
Apa yang akan Anda lakukan hari ini ?
Bukalah hati Anda
Bukalah pikiran Anda
Bersyukurlah. ..
Anda memiliki pikiran dan perasaan untuk mempertimbangkan

Hari 19 :
Hari ini adalah hari yang istimewa
Anda telah melewati begitu banyak hari di belakang sana
Bersyukurlah
Kesempatan itu telah menjadi milik Anda

Hari 20 :
Berjalanlah dengan tenang
Nikmati perjalanan Anda
Lihatlah keramaian dan hilir mudik orang di jalan raya
Bersyukurlah
Anda menjadi bagian denyut sebuah kehidupan

Hari 21 :
Berdirilah di tempat tujuan Anda
Di tempat kerja
Di perpustakaan
Di rumah sakit
Atau di sebuah tempat keramaian
Bersyukurlah
Anda telah mencapai titik ini dengan selamat

Hari 22 :
Duduklah dengan tenang dan sabar
Lihatlah di sekeliling Anda
Keheningan
Atau hiruk pikuk
Bersyukurlah. ..
Anda memiliki kesempatan untuk memperhatikan dan menikmati situasi

Hari 23 :
Tersenyumlah pada seseorang
Jabatlah tangannya
Rasakan sentuhan dan semangat yang mengalir
Bersyukurlah. ..
Anda memiliki seseorang untuk berbagi keceriaan

Hari 24 :
Bukalah tas atau dompet Anda
Lihat isinya
Ambil sesuatu yang berharga bagi Anda
Berikan pada seseorang dengan tulus dan ikhlas
Bersyukurlah
Anda masih memiliki sesuatu untuk dinikmati bersama

Hari 25 :
Hujan ?
Anda melihat titik air meluncur dari langit ?
Bersyukurlah. ..
Karena air memberi kehidupan bagi Anda

Hari 26 :
Lihatlah ke arah kalender
Tanggal berapa hari ini ?
Apakah hari ini bermakna bagi Anda ?
Bersyukurlah. ...
Anda memiliki sesuatu untuk ditunggu dan diwujudkan

Hari 27 :
Bagaimana siang hari ini ?
Apakah matahari bersinar terang dan cukup panas ?
Untuk mengeringkan baju di jemuran
Bersyukurlah. ..
Karena matahari telah memberikan kemudahan bagi Anda

Hari 28 :
Hari ini Anda punya janji dengan seseorang ?
Atau dengan diri sendiri ?
Bersyukurlah. ..
Karena ada mempunyai target untuk dicapai

Hari 29 :
Hari ini adalah hari yang penuh harapan
Maukah Anda menuliskan impian Anda di sini ?
............ ......... ........
Bersyukurlah
Anda punya kesempatan untuk meraihnya

Hari 30 :
Anda ingin menuliskan sesuatu di sini ?
Perasaan Anda...
Pikiran Anda...
Lakukanlah dengan gembira
Beryukurlah. ...
Anda memiliki 30 hari yang luar biasa
Maukah Anda melanjutkannya lagi ?

Jakarta, 15 November 2009
Hari penuh inspirasi...

Catatan :
Inspirasi ini tidak dijual. Hanya untuk kalangan sendiri. Bila berkenan untuk menyebarluaskannya. ..lakukanlah dengan cinta kasih dan ketulusan... .
Terima kasih

Oleh: Ietje S.. Guntur

Benarkah Kita Harus Membuang Rasa Malu?

Dimasa kecil, ketika pelajaran kesenian tiba, Ibu guru meminta setiap anak untuk bernyanyi didepan kelas. Kita bersembunyi dikolong meja dengan debaran jantung teramat kencang, berusaha menghindari giliran. Kita merasa malu. Ketika beranjak remaja, Ayah dan Ibu bilang:”Kamu ini bikin malu keluarga saja!”. Saat memasuki usia dewasa muda, kita duduk dibangku kuliah berhadapan dengan dosen yang sangat cerdas. Dia tahu kita tidak mengerti rumus-rumus abstrak yang dilukisnya dipapan tulis. Beliau bertanya:”Siapa yang belum mengerti?” Kita terdiam. Membisu. Malu ketahuan teman kalau kita ini bodoh. Dan. Ketika sudah benar-benar dewasa, kita duduk di kursi hotel untuk sebuah pelatihan dari seorang trainer hebat. Ketika trainer itu bertanya:”Bapak, Ibu, silakan jika ada yang ingin ditanyakan…” Kita terdiam. Malu. Masak, pangkat manajer kok mengajukan pertanyaan sedungu itu. Kemudian kepada kita dikatakan; ”Buanglah jauh-jauh rasa malu. Karena itu akan menghambat keberhasilanmu!” Benarkah demikian?

Seorang salih yang dicintai umatnya mengatakan:”Rasa malu itu adalah bagian dari Iman.” Dengan kata lain, keimanan seseorang tidaklah sempurna seandainya orang yang mengaku beriman itu tidak memiliki rasa malu. Sekarang pilihannya ada pada diri anda; apakah anda ingin menjadi orang berhasil dalam karir, atau menjadi orang yang beriman dengan keimanan yang utuh? Jika anda ingin sukses berkarir, buang rasa malu dari dalam diri anda! Jika anda ingin menjadi orang beriman, pupuk dan hidupkan rasa malu dalam diri anda! Gampang, kan? Tetapi, benarkah kita harus demikian? Tidakkah keimanan dan kesuksesan bisa seiring sejalan?

Kita seringkali mencampakkan ajaran-ajaran normatif seperti itu. Mungkin karena terlalu dipengarui oleh hawa hedonisme, dimana materi menjadi tolak ukur paling dominan. Hidup kita, dinilai dari jenis mobil yang dikendarai. Kemegahan rumah yang kita huni. Label pakaian yang kita kenakan. Gelar yang menempel pada nama kita. Dan jabatan atau pangkat yang melekat dipundak kita. Ajaibnya, kita meyakini bahwa kalau kita malu, tidak mungkin semuanya itu bisa kita raih. Oleh karena itu, mengapa kita mesti malu melakukan ini dan itu. Mengapa kita mesti malu melabrak sana sini. Menyikut kanan dan kiri. Mengambil. Merenggut. Meraup. Apa saja. Supaya dalam sekejap, kita bisa mendapatkan segala-galanya. Mengapa mesti malu?

”Buanglah jauh-jauh rasa malu. Karena itu akan menghambat keberhasilanmu!” Rasa malu seperti apa yang mesti kita buang jauh-jauh? Malu bertanya sesat dijalan, katanya. Jadi, mungkin harus membuang rasa malu itu. Sebab, kalau malu bertanya kita akan tersesat. Bisa iya. Bisa tidak. Anda, jika sudah memiliki fasilitas GPRS; tidak usah lagi bertanya. Tidak akan pernah tersesat lagi, kok. Anda, jika sudah punya asisten pribadi yang hebat; mengapa masih harus bertanya? Cukup anda katakan kepadanya: ”Aku tidak mau tahu bagaimana caranya, tapi kamu harus kerjakan ini untukku!”. Besok pagi hasilnya sudah tertata rapi diatas meja kerja anda yang mewah. Masih haruskah anda bertanya? Jika anda malu tampil didepan orang banyak untuk sebuah pidato yang bermutu, mengapa pusing. Minta saja pegawai anda mengadakan kontes untuk mencari orang yang mirip dengan anda; dan suruh dia bicara didepan publik untuk anda. Masihkah anda membutuhkan rasa malu?

”Rasa malu itu adalah bagian dari Iman.” Ngomong apa sih sang Nabi ini? Please, deh. Jangan kaitkan soal rasa malu dengan keimanan! Baiklah, kita hentikan semua omong kosong ini sampai disini. Tapi sebelum itu, coba kita perhatikan beberapa hal berikut ini. Seorang beriman akan merasa malu jika dia tidak bisa mempersembahkan hasil pekerjaan yang baik untuk perusahaan yang menggajinya. Seorang beriman akan malu jika kemampuan dirinya lebih rendah dibandingkan rekan sejawat yang bekerja dalam tanggungjawab yang sama, digaji sama, diberi fasilitas sama, dan diperlakukan sama. Dia malu jika membiarkan dirinya terus menerus ketinggalan. Dan dia malu, jika meminta kenaikan gaji padahal dia tahu; dia belum bekerja maksimal untuk perusahaan. Seorang yang beriman, malu jika menyalahgunakan fasilitas dan kesempatan yang dia dapatkan. Seorang yang beriman malu, jika menggunakan kewenangan untuk memeras para pemasok barang. Dan seorang yang beriman malu, jika harus mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Oleh dasar rasa malu itu; seorang yang beriman, dalam bekerja pasti akan mempersembahkan prestasi puncaknya. Dan oleh dasar rasa malu itu; seorang beriman akan sadar bahwa bertanya merupakan tugas dirinya yang belum mengetahui suatu hal. Malu dia, jika nanti setelah mengikuti pelatihan, pengetahuan dan kemampuannya sama sekali tidak ada penambahan. Jadi pastilah dia akan bersungguh-sungguh dalam melakukan apapun yang menjadi tanggungjawabnya. Seorang atasan yang beriman malu jika semua kesalahan ditimpakan kepada anak buahnya. Apa fungsi atasan jika demikian? Seorang anak buah yang beriman, malu jika keberadaannya sama sekali tidak menyebabkan segala sesuatunya lebih mudah bagi sang atasan. Apa guna seorang bawahan jika demikian? Seorang kolega yang beriman, malu jika kehadirannya sama sekali tidak menyebabkan teman-temannya dalam team terbantu. Dan seorang pegawai yang beriman, malu dia; kalau sampai tugas-tugasnya terbengkalai. Seorang karyawan yang beriman akan malu jika dia masuk ke kantor selalu terlambat, dan terbiasa pulang cepat-cepat. Dan karyawan yang beriman akan malu jika menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan siang dengan desert berupa rumpi yang tidak karuan. Dia akan malu juga, jika setelah menyia-nyiakan jam kerja itu tetap tinggal dikantor sampai larut malam agar perusahaan membayar upah lembur. Dan orang yang beriman; akan malu jika menyia-nyiakan kesempatan untuk dipromosikan. Sehingga dia akan berusaha sekuat tenaga, agar memiliki kualitas yang jauuuuuuuuuuh lebih baik dari teman-temannya yang lain. Agar nanti, jika ada lowongan jabatan yang lebih tinggi – management tidak ragu memilihnya untuk dipromosikan. Karena, ”Rasa malu itu adalah bagian dari Iman.” 

Kita bisa menjadi orang beriman yang sukses, bukan? Tentu saja bisa. Sebab ternyata, sang Nabi merancang konsep rasa malu dalam iman itu untuk memastikan bahwa umatnya benar-benar meraih kesuksesan dalam hidup, dan dalam mati. Dalam hidup dengan rasa malu itu, kita dibimbing untuk menjadi pribadi-pribadi yang unggul. Dan bisa diandalkan. Layak untuk diberi tanggungjawab besar. Patut untuk menjadi panutan. Dan pantas dijadikan tempat dimana orang-orang lainnya mendapatkan pencerahan. Dalam mati dengan rasa malu, kita meninggalkan jejak-jejak keterpujian. Untuk dicatatkan oleh malaikat sebagai kebajikan. Untuk menjadi landasan, mengapa dia layak mendapatkan imbalan dari Tuhan. Dan untuk menjadikannya modal agar pantas mendapat tempat yang terpuji disisi-Nya. Kadang kita mengatakan ’telah berpulang ke rahmatullah’. Mana mungkin kita benar-benar kembali kepada rahmat Allah, jika ketika mati, kita tak memiliki rasa malu? Mungkin kita mengatakan ’telah berpulang kerumah bapa di surga’. Mana mungkin pintu rumah Allah akan dibukakan untuk kita; sendainya kita tidak memiliki rasa malu? Bahkan, untuk memasuki rumah tetangga saja kita harus memiliki rasa malu itu. Bukankah tidak ada orang yang senang dikunjungi oleh jenis manusia yang tidak tahu malu? Jadi, bagaimana kita bisa masuk surga kalau pintunya tidak dibuka pemiliknya? Karena sang pemilik surga hanya akan membukakan pintu itu bagi mereka yang benar-benar beriman. Sedangkan kata Pak Muhammad: ”Rasa malu itu adalah bagian dari Iman.” Dan kalau tidak kesurga, kemana lagi kita akan kembali pulang?

Hore,
Hari Baru!

Catatan kaki:
Jika dirawat dan dimanfaatkan dengan tepat; rasa malu akan membantu kita untuk tumbuh menjadi pribadi yang berhasil meraih keagungan didalam kedua kehidupan
Buku Belajar Sukses Kepada Alam

Berapa Lama Lagi Waktu Yang Kita Miliki?

Ada orang yang mengira bahwa; tahu kapan akan mati itu lebih baik daripada tidak tahu. Makanya, banyak orang yang bersyukur ketika dokter mengatakan kepadanya bahwa umurnya mungkin hanya tinggal beberapa bulan lagi saja. Ada juga orang yang lebih suka tidak tahu. Sehingga ketika dokter bilang ”Umur Anda tinggal sekitar tiga bulan lagi,” langsung dilanda depresi. Jika anda boleh memilih; apakah anda lebih suka diberi tahu kapan akan meninggal, atau dibiarkan tidak tahu seperti yang lazimnya terjadi?

Dalam beberapa hari terakhir ini, saya seolah dikelilingi oleh kematian. Maksud saya; dalam rentang waktu yang singkat, beberapa orang disekitar saya atau mereka yang terhubung ke sekitar saya meninggal dunia. Dua orang tetangga saya. Saudara dekat istri saya. Petugas satpam di RT saya. Mertua ipar saya. Ibu kandung petugas penagih iuran RT saya. Dan salah satu sesepuh keluarga istri saya. Entah mengapa kok rasanya mereka yang meninggal disekitar saya dalam tempo singkat itu begitu banyak. Entah karena memang sedang banyak yang meninggal disekitar saya, atau karena saya memberi perhatian agak berlebihan. Tetapi apapun itu, serasa saya diingatkan bahwa; ”saya juga akan mati”. Kapan? Entahlah. Saya tidak tahu.
Diam-diam saya mengagumi Tuhan yang memilih untuk memberitahu orang-orang tertentu tentang kematiannya. Sehingga ada orang yang ’merasa’ akan meninggal hari Jumat. Lalu, ketika benar-benar meninggal pada hari Jumat itu, wajahnya seolah tengah tersenyum dalam tidurnya yang pulas. Saya juga mengagumi Tuhan yang memilih tidak memberi tahu orang tentang jadwal kematiannya, sehingga orang yang beberapa hari sebelumnya segar bugar, tiba-tiba dikabarkan telah tiada. Dengan begitu Tuhan semakin menegaskan bahwa Dia memegang hak prerogatif untuk memutuskan apakah Dia memberitahu seseorang tentang kematiannya atau tidak.

Sekarang, mari kita andaikan ini adalah hari terakhir dalam hidup kita. Apa yang akan kita lakukan dihari terakhir ini? Anda tidak perlu merasa tertekan dengan pernyataan saya ini, karena seperti yang saya bilang; ini hanya sekedar berandai-andai saja. Andai ini adalah hari terakhir dalam hidup kita, bersediakah kita untuk mempersembahkan hal terbaik dalam hidup kita? Rasanya, terlalu beresiko untuk mengatakan ’tidak’, ya? Karena, kalau kita tidak melakukan hal terbaik dari apa yang kita miliki dihari terakhir dalam hidup kita ini; kapan lagi?

Oleh karena itu, hari ini mungkin kita bersedia untuk menghentikan perilaku-perilaku negatif yang biasa kita lakukan dimasa lalu. Dan hari ini, kita hanya akan melakukan hal-hal yang kita yakin Tuhan menyukainya. Karena Tuhan suka kita memperlakukan orang lain dengan baik, hari ini kita akan memperlakukan orang lain dengan baik. Karena Tuhan senang kepada orang-orang yang memaafkan, maka hari ini, kita memaafkan orang-orang yang pernah berbuat salah kepada kita. Dan karena Tuhan sayang kepada orang-orang yang mensyukuri semua anugerah yang telah diberikan-Nya, maka hari ini; kita akan menggunakan semua anugerah Tuhan itu, untuk kebaikan semata.
Hari ini, mungkin hari terakhir kita bekerja. Sehingga, kita ingin mempersembahkan hasil karya terbaik saja. Sifat menunda-nunda, tidak lagi bisa diterima. Karena kalau hari ini kita tunda, tidak ada lagi kesempatan untuk melakukannya. Ini adalah hari terakhir kita. Semua kolega dilayani dengan baik. Semua file penting, dipersiapkan. Semua pekerjaan penting, diselesaikan. Semua tanggungjawab ditunaikan.
Jika ada orang yang menyakiti kita hari ini, tidak lagi kita masukkan kedalam hati. Karena, dihari terakhir dalam hidup ini kita ingin membawa hati ini dalam keadaan ringan lagi bersih. Tidak ada noda kekesalan. Tidak ada nada kemarahan. Dan tidak ada dendam. Agar dihari terakhir ini, kita memiliki hati yang tentram. Lalu dengan hati yang tentram itu kita diijinkan menghadap Tuhan. Kiranya Tuhan berkenan menyambut kepulangan kita, dan berkata;”Wahai jiwa yang tenang. Terbanglah kepelataran yang diberkahi Tuhan. Bergabunglah dengan hamba-hamba yang rela dan direlakan. Dan masuklah, kedalam surga yang sudah dipersiapkan…….”.

Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Natural Intelligence & Mental Fitness Learning Facilitator
http://www.dadangkadarusman.com/

Catatan Kaki:
Jika ini adalah hari terakhir dalam hidup kita; maukah kita meninggalkan seluruh keburukan. Menanggalkan semua dendam. Dan mempersembahkan segala hal terbaik yang masih bisa kita lakukan?

Benarkah Dalam Setiap Kesulitan Terdapat Kemudahan?

Salah satu pelajaran penting yang disampaikan guru agama saya adalah firman Tuhan yang berbunyi; ”Sesungguhnya, dalam setiap kesulitan, terdapat kemudahan.” Bagi saya, ini adalah firman yang sangat motivatif. Dia menguatkan kita saat menghadapi situasi sulit. Dan karena tak seorangpun dimuka bumi ini yang terbebas dari kesulitan hidup, maka sesungguhnya firman itu merupakan penghiburan bagi semua orang. Dengan firman itu, seolah Tuhan memberikan penegasan kepada kita semua bahwa kesulitan pasti akan datang. Namun, tak satupun dari kesulitan itu yang tidak memiliki kemudahan. Lantas, saya pribadi bertanya-tanya; ”apakah kemudahan itu ada ’setelah’ kesulitan berakhir, atau memang Tuhan bermaksud mengatakan bahwa kemudahan itu ada ’didalam’ kesulitan? ”


Untuk alasan kepraktisan, sebenarnya saya lebih suka membeli beras dalam kemasan karung. Selain tidak perlu bolak-balik ke warung dua hari sekali, membeli beras karungan juga memberi saya bonus berupa karung yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Namun, ada satu hal yang sangat tidak saya sukai, yaitu sulit sekali membuka tali simpul yang mengikat karung itu. Kadang-kadang saya harus menggunakan garpu atau tusuk gigi sebagai alat pengait untuk mengurai simpulnya satu demi satu. Tak jarang saya menjadi sangat kesal, lalu menggunakan pisau untuk merobek bagian atas karung itu agar bisa mengeluarkan berasnya. Oleh karena itu saya lebih sering membeli beras dalam kemasan kantung plastik. Isinya sedikit, tapi gampang membukanya. Memang, ini hanya soal pilihan. Apakah saya akan memilih karungan atau plastikan. Kira-kira demikian.

Sama halnya dengan hidup kita. Ketika kita memutuskan untuk memilih tentu kita memiliki alasan yang membuat kita berpikir bahwa jalan hidup itulah yang paling kita inginkan. Namun, setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing. Dalam konteks ini berupa kesulitan dan kepedihan saat kita menjalaninya. Dalam banyak situasi, kita boleh memilih untuk mengerjakan hal-hal yang mudah; tetapi, biasanya hasilnya tidak terlampau berarti. Pekerjaan mudah yang kita lakukan itu tidak memberi dampak yang bermakna bagi perusahaan atau diri kita sendiri. Sebaliknya, jika kita memilih untuk melakukan sebuah project yang besar lagi rumit, mungkin hasilnya akan banyak. Namun, untuk menyelesaikannya kita harus bersedia menjalani lika-liku yang teramat sulit dan penuh rasa sakit.

Suatu ketika, saya kembali tergoda untuk membeli beras dalam karung. Disaat rasa putus asa hampir memenuhi ubun-ubun; secara tidak sengaja saya menarik ujung tali simpul dibagian lain dari pengikat karung itu. Ajaib sekali, ketika ujung tali itu ditarik; srrrrrrrrrreeeeeeet…..kesuluruhan tali simpul pengikat itu terlepas dengan begitu mudahnya! Sungguh, dengan cara itu hampir tidak ada tenaga yang terbuang. Dengan cara lama, saya harus sampai berkeringat dan menghabiskan waktu lebih dari lima belas menit untuk membuka simpul demi simpul yang ada. Tetapi, ketika ujung tali ajaib itu ditemukan, saya cukup menariknya nyaris tanpa tenaga, dan hanya butuh waktu kurang dari 3 detik untuk membuka karung itu. Lebih dari itu, karung berasnya pun utuh tidak kurang satu apapun.

Jika anda belum tahu tentang rahasia simpul karung beras ini; anda harus mencoba menemukan keajaibannya. Karena, simpul karung beras memberitahu kita sebuah rahasia yang selama ini sering kita ragukan, yaitu; ”Sesungguhnya, dalam setiap kesulitan, terdapat kemudahan.” Karung beras ini berhasil mengubah paradigma lama saya. Semula, saya mengira bahwa: kalau kita mau bersabar dalam kesulitan, maka ’diakhir’ perjalanan kita akan sampai kepada sebuah kemudahan. Sehingga, selama ini saya berfokus kepada usaha ’menguatkan diri’ untuk menempuh jalan sulit itu dengan sabar dan tabah, hingga saya bisa bertahan untuk tiba diakhir yang menyenangkan. Seperti memanjat gunung tinggi; jika kita bisa terus beranjak naik, kita akan sampai juga kepuncak tertinggi.

Sebaliknya, tali itu dengan gamblang menunjukkan bahwa kita tidak harus membuka satu demi satu simpul yang sulit itu terlebih dahulu untuk bisa membuka keseluruhan simpul karung. Justru, dia memperlihatkan bahwa ada cara yang sangat mudah yang tersembunyi dibalik setiap simpul yang sulit diurai itu. Tugas kita adalah untuk menemukan kemudahan itu tanpa harus mengurainya satu demi satu terlebih dahulu.
Barangkali, hidup juga memang demikian adanya. Itulah sebabnya, mengapa begitu banyak orang yang menderita dalam menjalani hidupnya. Seolah mereka berpindah dari satu kesulitan hidup, kepada kesulitan hidup yang lain. Namun, pada situasi yang sama; ada banyak orang yang bisa menjalaninya dengan begitu mudahnya. Seolah mereka selalu bisa menemukan jalan keluar dari setiap persoalan hidup yang menghadangnya. Ada apa ini sebenarnya? Barangkali, itu terjadi karena kita belum benar-benar memahami apa yang Tuhan isyaratkan dalam firmanNya; ”Sesungguhnya, dalam setiap kesulitan, terdapat kemudahan.” Andai saja kita bisa menemukan simpul rahasia untuk mengurai belitan-belitan kesulitan hidup itu; mungkin kita bisa menjalaninya dengan teramat sangat mudah. Tidak peduli sesulit apa situasinya.
Sekarang, setiap kali saya membeli beras dalam karung; saya tidak pernah takut lagi akan kesulitan saat membuka tali simpul karung itu. Sebab, saya percaya bahwa pabrik yang membuat kemasan karung beras itu telah memasang tali simpul sedemikian rupa sehingga tali itu akan sulit untuk dibuka; supaya isi karung tidak mudah bertumpah ruah. Namun pada saat yang sama, ada sebuah titik rahasia yang bisa digunakan untuk membuka ’keseluruhan’ tali simpul itu dengan teramat mudahnya. Tetapi, hanya orang yang tahu cara membukanya dengan benar sajalah yang dapat mengurainya dengan begitu mudah. Sehingga dia tidak akan mendapatkan kesulitan sama sekali saat membuka karungnya.

Untuk menjalani hidup, barangkali juga demikian; kita tidak perlu takut lagi akan kesulitan saat membuka simpul-simpulnya. Sebab, kita percaya bahwa Sang pencipta kehidupan itu telah memasang tali simpul sedemikian rupa sehingga tali itu akan sulit untuk dibuka. Tujuannya supaya makna kehidupan itu tidak mudah bertumpah ruah. Namun pada saat yang sama, ada sebuah titik rahasia yang bisa digunakan untuk membuka ’keseluruhan’ tali simpul itu dengan teramat mudahnya. Tetapi, hanya orang yang tahu cara menjalaninya dengan benar sajalah yang dapat mengurainya dengan begitu mudah. Sehingga dia tidak akan mendapatkan kesulitan sama sekali saat menjalani hidupnya.
Saatnya bagi kita untuk meninggalkan paradigma bahwa kemudahan akan datang setelah kesulitan. Karena jika demikian; berarti kita harus menjalani setiap episode sulit itu hingga habis terlebih dahulu sebelum mendapatkan kemudahan. Jika umur kita tidak cukup panjang, mungkin kita tidak akan pernah sampai pada kemudahan itu. Sehingga seluruh hidup kita dijalani dalam kesulitan. Sebaliknya, mari kita gunakan paradigma baru bahwa; kemudahan itu berada didalam kesulitan. Jadi, setiap kali kita menghadapi kesulitan, yakinlah bahwa kemudahan ada didalamnya. Sehingga, kita mempunyai kesempatan untuk menemukan simpul kemudahan didalamnya, agar bisa keluar dari kesulitan itu; sesegera mungkin. Lebih dari itu, kita bisa selalu berbaik sangka kepada Tuhan; atas segala hal yang telah Dia takdirkan.

 Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman
Natural Intelligence & Mental Fitness Learning Facilitator
http://www.dadangkadarusman.com/

Catatan Kaki:
Alasan terbesar mengapa kita merasa sulit untuk menjalani sesuatu adalah karena kita tidak tahu caranya.

5 Tips Dahsyat Membangun Bisnis Pribadi


Sahabat blog, membangun kerajaan bisnis sendiri mungkin jadi dambaan bagi banyak orang. Namun memulai sebuah usaha tidaklah semudah membalikan tangan. Ada hal-hal yang harus dipersiapkan, direncanakan dan dilaksanakan dengan ketekunan. Simak beberapa tips tentang bagaimana mempersiapkan membuka usaha sendiri berikut ini.

1. Melakukan Penelitian Pasar

Penelitian merupakan hal integral dalam membangun bisnis. Lakukan penelitian di pasar dan tentukan siapa konsumen Anda. Tentukan mana yang akan jadi sasaran utama Anda atau konsumen Anda jadi lebih kecil. Pahami perbedaan antara pasar dan dimana Anda dapat meraih pelanggan.

2. Pilih Patner Yang Tepat

Jika Anda akan mencari rekan kerja, pastikan Anda sudah memilih yang tepat. Anda ingin seorang rekan kerja yang memiliki latar belakang bisnis atau pengarah bisnis. Beberapa pengalaman manajemen juga lebih disukai. Jika Anda ingin rekan kerja yang memenuhi latar belakang financial, mereka perlu memiliki kredit yang bagus atau kemampuan untuk menawarkan dukungan financial.

3. Jaminan Keuangan

Keuangan dapat jadi tantangan terbesar, tapi ada beberapa jenis pilihan yang tersedia untuk mendapatkan modal usaha. Ada dapat memilih ikut program pemerintah dalam membangun usaha kecil. Anda bisa mulai mengajukan pinjaman pada bank yang menangani usaha kecil dan mendapatkan pinjaman berjumlah kecil. Atau Anda bisa mengambil pinjaman pribadi di bank. Pilihan lain adalah mencari rekanan yang mau berinvestasi untuk memulai usaha bersama.

4. Ciptakan Image Atau Posisi Penjualan Yang Unik

Mulai dengan membangun keberadaan Anda, branding image Anda di public dan para pelanggan Ikatan ini masuk dalam posisi penjualan. Kembangkan tagline Anda dan temukan angel yang tepat yang mengena pada produk atau pelayanan tertuju pada pelanggan. Ciptakan sebuah image yang membuat Anda terpercaya di mata pelanggan Anda.

5. Berhenti Berpikir Mendapat Laba Secepat Kilat

Sangat, sangat jarang ada bisnis yang sukses dalam semalam. Kebanyakan bisnis membutuhkan waktu dan usaha, bahkan untuk mulai melihat hasilnya. Saat Anda memahami ini dan Anda tak seharusnya menaruh pengharapan secara berlebihan atau yang tak realistis. Persiapkan usaha, pengorbanan dan bahkan kemungkinan mengalami kerugian. Anda tak akan jadi kaya raya hanya dalam semalam, tapi Anda dapat membangun sebuah usaha yang menguntungkan secara bertahap.

Sumber: filmpendek.com

Berpikir Positif

Sebagai tenaga pemasar--marketer di perusahaan farmasi waktu itu, berpikir positif merupakan kekuatan guna keberhasilan di dalam penjualan dan karir. Ketika saya masih menjadi Area Manager untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara, yang membawahi beberapa tenaga pemasar di principal, dan berkoordinasi dengan distributor nasional PT. Kimia Farma Trading & Distribution, PT. Anugerah Pharmindo Lestari, dan PT.. Milenium Pharmacon Internasional. Dimana setiap hari, kami harus berkoordinasi dengan salesman distributor guna peningkatan penjualan produk-produk yang kami bawa; maka sikap mental yang kuat untuk berpikir positif guna pencapaian kinerja penjualan yang tinggi harus kami kedepankan.

Tanpa sikap mental positif, sulit bagi kami untuk mencapai penjualan yang tinggi setiap bulannya, dan sukses dalam karir. Sikap mental yang positif ini, kami bangun dari aktifitas setiap harinya, mulai dari jam masuk kerja, dengan mengadakan session morning, yaitu pertemuan pagi hari guna menyemangati tim kami untuk bekerja dengan semangat melalui sharing tips-tips motivasi dan yel-yel wajib. Di sore harinya pun, pasca kunjungan niaga (sales call) pertemuan kami lakukan untuk mengevaluasi kerja harian kunjungan kami ke setiap outlet yang telah direncanakan, pagi harinya.

Sikap mental berpikir positif ini kami bangun dari rasa percaya diri terhadap diri, produk yang ditawarkan, dan perusahaan tempat bekerja. Pertama, rasa percaya diri dibangun dari 1) selalu berpenampilan rapi pada setiap kunjungan niaga--pastikan baju, celana, sepatu anda yang anda pakai dalam keadaan rapi; 2) bersahabat dan ramah pada setiap key person outlet yang kami kunjungi; 3) berpikir positif bahwa anda mampu untuk berhasil, pikirkan keberhasilan, maka anda akan berhasil--you are what you think you are? Jangan pernah terbersit dan terucap bahwa “ini tidak mungkin!” “saya tidak mampu!” “saya akan gagal!” karena anda sendiri yang akan menformat keberhasilan dan kegagalan anda tersebut.

Kedua, yakin akan keunggulan produk yang dijual; untuk itu, informasi produk harus dikuasai oleh seorang tenaga penjual, informasi ini mencakup ciri khusus (feature) dan manfaat yang timbul dari feature tersebut (product benefit). Feature dan benefit produk ini yang akan ditawarkan ke konsumen anda. Seperti feature sebuah kapsul obat bebas prostat yang terbuat dari bahan alami dengan kapsul yang juga terbuat dari bahan alami (Vcaps), berarti benefit bagi pengguna adalah aman dikonsumsi, relatif tanpa efek samping, dan baik dikonsumsi bagi mereka yang vegetarian. Nah, keyakinan dan sikap positif atas keunggulan produk ini harus diyakini dahulu oleh tenega penjual, dan baru kemudian ditawarkan ke pada konsumennya.

Ketiga, rasa positif ini juga harus diyakini terhadap perusahaan tempat wiraniaga bekerja; yaitu yakin bahwa perusahaan akan memberikan imbalan yang pantas berupa incentive, jenjang karir, pelatihan, atau promosi.

Banyak contoh mereka, yang berkarir sebagai seorang tenaga pemasar/wiraniaga di perusahaan manufacturing dan distribusi, yang melandasi kepada ketiga hal positif di atas, hingga saat ini, mereka berhasil dalam karir penjualan. Oleh karenanya, seorang salesman atau wiraniaga harus percaya diri, bergairah, dan bersemanggat dalam menekuni dan menjalankan pekerjaannya; kesuksesan berawal dari sikap positif anda!!!

Salam Sukses..........!

Oleh : Antoni Ludfi Arifin

E M P A T I

Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji di kawasan Bintaro. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas. Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak.

Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai dan ada pula yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan. Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari. Selama ini hal tersebut luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika menemani anak-anak makan di restoran cepat saji seperti ini, saya tidak terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada. Mereka ada jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada jika saya terlalu asyik menyantap makanan.

Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tak terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat, pemandangan tersebut menjadi istimewa.

Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja yang sedang dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa sebenarnya yang baru saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari sisa-sisa makanan yang berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. Tetapi yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu meninggalkan sampah bekas makanan.

Sungguh pemandangan yang menjijikan. Tulang-tulang ayam berserakan di atas meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa dijadikan tempat sampah. Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja juga kotor oleh tumpahan remah-remah. Mungkin rombongan itu membawa anak-anak.

Meja tersebut bagaikan ladang pembantaian. Tulang belulang berserakan. Saya tidak habis pikir bagaimana mereka begitu tega meninggalkan sampah berserakan seperti itu. Tak terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa makanan yang menjijikan itu harus dibersihkan oleh seseorang, walau dia seorang pelayan sekalipun.

Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk membuang sendiri sisa makanan jika bersantap di restoran semacam itu. Saya juga meminta anak-anak melakukan hal yang sama. Awalnya tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah melakukannya. Tetapi perbuatan saya itu justru menjadi bahan tertawaan teman-teman. Saya dibilang sok kebarat-baratan. Sok menunjukkan pernah ke luar negeri. Sebab di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah jamak pelanggan membuang sendiri sisa makanan ke tong sampah. Pelayan terbatas karena tenaga kerja mahal.

Sebenarnya tidak terlalu sulit membersihkan sisa-sisa makanan kita. Tinggal meringkas lalu membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa menit. Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang melakukannya, artinya akan besar sekali bagi para pelayan restoran.

Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan kecil yang punya arti besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak anaknya untuk membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di kompleks rumah mereka. Karena setiap hari warga kompleks melihat sang bapak dan anaknya membersihkan sampah di situ, lama-lama mereka malu hati untuk membuang sampah di situ.

Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk mengikuti jejak sang bapak itu dan ujung-ujungnya lingkungan perumahan menjadi bersih dan sehat. Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak tersebut. Tidak ada slogan, umbul-umbul, apalagi spanduk atau baliho. Dia hanya memberikan keteladanan. Keteladanan kecil yang berdampak besar.

Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan senyum. Jika saja setiap orang memberi senyum kepada paling sedikit satu orang yang dijumpainya hari itu, maka dampaknya akan luar biasa. Orang yang mendapat senyum akan merasa bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain yang dijumpainya. Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas kepada banyak orang. Padahal asal mulanya hanya dari satu orang yang tersenyum.

Terilhami oleh sebuah cerita di sebuah buku "Chiken Soup", saya kerap membayar karcis tol bagi mobil di belakang saya. Tidak perduli siapa di belakang. Sebab dari cerita di buku itu, orang di belakang saya pasti Akan merasa mendapat kejutan. Kejutan yang menyenangkan. Jika hari itu dia bahagia, maka harinya yang indah akan membuat dia menyebarkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang yang dia temui hari itu. Saya berharap virus itu dapat menyebar ke banyak orang.

Bayangkan jika Anda memberi pujian yang tulus bagi minimal satu orang setiap hari. Pujian itu akan memberi efek berantai ketika orang yang Anda puji merasa bahagia dan menularkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.

Anak saya yang di SD selalu mengingatkan jika saya lupa mengucapkan kata "terima kasih" saat petugas jalan tol memberikan karcis dan uang kembalian. Menurut dia, kata "terima kasih" merupakan "magic words" yang akan membuat orang lain senang. Begitu juga kata "tolong" ketika kita meminta bantuan orang lain, misalnya pembantu rumah tangga kita.

Dulu saya sering marah jika ada angkutan umum, misalnya bus, mikrolet, bajaj, atau angkot seenaknya menyerobot mobil saya. Sampai suatu hari istri saya mengingatkan bahwa saya harus berempati pada mereka. Para supir kendaraan umum itu harus berjuang untuk mengejar setoran. "Sementara kamu kan tidak mengejar setoran?'' Nasihat itu diperoleh istri saya dari sebuah tulisan almarhum Romo Mangunwijaya. Sejak saat itu, jika ada kendaraan umum yang menyerobot seenak udelnya, saya segera teringat nasihat istri tersebut.

Saya membayangkan, alangkah indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang lain bahagia. Alangkah menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain. Betapa bahagianya jika kita menyadari dengan membuang sisa makanan kita di restoran cepat saji, kita sudah meringankan pekerjaan pelayan restoran.

Begitu juga dengan tidak membuang karcis tol begitu saja setelah membayar, kita sudah meringankan beban petugas kebersihan. Dengan tidak membuang permen karet sembarangan, kita sudah menghindari orang dari perasaan kesal karena sepatu atau celananya lengket kena permen karet.

Kita sering mengaku bangsa yang berbudaya tinggi tetapi berapa banyak di antara kita yang ketika berada di tempat-tempat publik, ketika membuka pintu, menahannya sebentar dan menoleh kebelakang untuk berjaga-jaga apakah ada orang lain di belakang kita? Saya pribadi sering melihat orang yang membuka pintu lalu melepaskannya begitu saja tanpa perduli orang di belakangnya terbentur oleh pintu tersebut.
Jika kita mau, banyak hal kecil bisa kita lakukan. Hal yang tidak memberatkan kita tetapi besar artinya bagi orang lain.

Mulailah dari hal-hal kecil-kecil.
Mulailah dari diri Anda lebih dulu.
Mulailah sekarang juga.

Oleh : Andy "Kick Andy" F Noya

Mengapa Harus Percaya Diri Saat Berbicara

Percaya diri itu seni. Jika Anda merasa belum percaya diri, maka Anda bisa menjadi percaya diri. Jika Anda sudah merasa percaya diri, maka Anda bisa menjadi lebih percaya diri.

Percaya diri itu dinamis, ia bisa naik dan turun, berubah dan berkembang. Apa yang perlu Anda lakukan, adalah menjaganya agar tetap berada di tingkat yang optimal dan sehat.

UNTUK APAPUN, ANDA HARUS BERBICARA

Dalam aktivitas apapun yang Anda lakukan, Anda akan melakukan tiga hal berikut ini:

1. Memimpin;
2. Menjual;
3. Mempresentasikan.

Dalam faktanya, Anda bahkan mungkin melakukan ketiganya sekaligus.

Jika Anda sedang memimpin, maka Anda pasti sedang menjual sesuatu agar diikuti oleh orang-orang yang Anda pimpin. Dan dalam melakukannya, Anda akan menyajikan atau mempresentasikan berbagai hal yang relevan.

Jika Anda sedang menjual sesuatu, Anda sedang mengupayakan posisi memimpin, agar prospek Anda mau mengambil keputusan sesuai dengan yang Anda inginkan sebagai pihak yang menjual. Dan sekali lagi, Anda pasti mempresentasikan berbagai hal yang relevan.

Jika Anda sedang berpresentasi, maka Anda bisa dipastikan sedang menjual sesuatu. Dan karena Anda sedang berusaha menjual sesuatu, maka Anda pasti berupaya untuk memimpin audience, agar mendengarkan Anda, agar menyimak presentasi Anda, agar memahami maksud dan tujuan Anda, dan agar teryakinkan sesuai tujuan presentasi Anda.

Dalam melakukan semua aktivitas di atas, media paling umum yang akan Anda gunakan adalah komunikasi verbal alias berbicara.

Muara dari semua aktivitas itu, atau hasil akhir dari semua aktivitas itu, akan sangat ditentukan oleh kualitas bicara Anda. Sebelum sampai ke persoalan teknis seperti struktur bicara, intonasi, gaya bahasa atau bahkan pilihan kata dan kalimat, aspek mendasar dari kualitas bicara Anda adalah tingkat percaya diri Anda saat melakukannya.

Singkatnya, Anda harus menaburkan aura percaya diri saat berbicara. Karena dari situlah segala hasil akhir akan ditentukan.

Jadi, titik awal Anda untuk semua aktivitas itu, adalah meraih rasa percaya diri yang lebih baik.

Berikut ini adalah kompilasi berbagai alasan untuk percaya diri, yang dikumpulkan dari para pakar manajemen, kepemimpinan, komunikasi dan motivasi.

PERCAYA DIRI BERARTI TAHAN BANTING

Jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih tahan terhadap berbagai tekanan, karena punya tempat berpijak dan cara berpikir yang kokoh dan kuat.

Jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih mampu menghadapi variasi dari situasi pribadi, sosial dan bisnis yang makin ketat dan makin keras belakangan ini.

Jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih tahan untuk berhadapan dengan orang lain yang makin hari makin kritis. Ingatlah bahwa tekanan yang makin kuat tidak hanya dialami oleh diri Anda sendiri, melainkan juga oleh setiap orang lain yang hidup bersama Anda di dunia ini.

Jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih mampu menghadapi orang lain yang makin hari makin keras dan bukan tidak mungkin makin menyebalkan.

Jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih mampu menghadapi berbagai apresiasi yang realistik dan objektif.

Pada akhirnya, jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih memiliki kontrol terhadap berbagai situasi dan keadaan yang penting untuk apapun kepentingan Anda.

PERCAYA DIRI BERARTI MAMPU MENGONTROL

Percaya diri Anda dibangun dengan berlatih untuk mengontrol berbagai hal. Dengan tingkat percaya diri yang makin baik, akan Anda akan lebih mampu mengontrol berbagai hal. Dengan percaya diri yang lebih tinggi, Anda akan mampu mengontrol berbagai aspek dari kehidupan Anda.

Dengan mampu mengontrol berbagai aspek diri pribadi Anda, Anda akan lebih jernih dalam melihat dan mengatur tujuan dan sasaran pribadi Anda. Dengan kejelasan dalam tujuan dan sasaran Anda, maka Anda akan lebih mampu dalam mengarahkan perilaku Anda menuju kepada keberhasilan Anda.

PERCAYA DIRI BERARTI TAHU KAPASITAS DIRI

Dengan percaya diri, Anda akan memahami seluk beluk dan tingkat kapasitas yang Anda miliki. Dengan mengetahui kapasitas diri, Anda akan mampu melakukan analisis SWOT untuk diri pribadi Anda.

Dengan memahami aspek SWOT diri Anda sendiri, maka Anda akan tahu persis dari mana harus memulai dan kemana akan berakhir.

PERCAYA DIRI BERARTI SUCCESS ORIENTED

Dengan percaya diri, Anda menggeser fokus diri dari jebakan ketakutan akan kegagalan dan kerugian, ke cara pandang yang optimis tentang berbagai kesempatan dan keberhasilan. Anda akan menjadi orang yang success oriented.

Dengan percaya diri, Anda tidak akan merasa cukup hanya dengan 'positive thinking', tapi lebih dari itu, Anda akan menuntut 'positive knowing'.

Dengan 'positive knowing', Anda akan menjadi orang yang ahli di bidangnya. Anda akan menjadi orang yang expert, ahli dan pakar. Itulah jalan menuju kesuksesan Anda.

PERCAYA DIRI BERARTI PERBAIKAN KUALITAS NETWORKING

Dengan percaya diri, Anda akan meningkatkan kualitas personality Anda. Dengan kenaikan personality Anda, maka Anda juga akan menaikkan kualitas 'relationship' Anda.

Seorang pemimpin atau pengusaha atau pejabat yang memulai dari bawah, kemudian terus naik sampai ke tingkatan tertentu di bidangnya, tidak hanya berhubungan dengan orang-orang di bawahnya. Lebih dari itu, ia juga akan meningkatkan kualitas networkingnya ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih luas.

Ia akan terlibat dengan orang-orang yang juga lebih tinggi kualitasnya, lebih tinggi keahliannya, dan lebih baik tingkat percaya dirinya. Dengan itu, percaya dirinya akan makin meningkat. Dan dengan itu semua, peluang keberhasilannya juga akan meningkat.

Dengan percaya diri, Anda akan bertemu dengan orang yang lebih menyenangkan, orang yang lebih baik kualitasnya, orang yang lebih terdidik, orang yang lebih memberi kesempatan dan peluang, orang yang lebih menarik, dan orang yang lebih nikmat bagi Anda untuk berhubungan dengan mereka.

PERCAYA DIRI BERARTI KONTROL TEMPERAMEN YANG LEBIH BAIK

Di dalam ilmu sosial, ada istilah 'hukum korespondensi', yang mengatakan bahwa 'dunia luar' di luar diri Anda, adalah sebuah cermin sempurna dari 'dunia dalam' di dalam diri Anda.

Percaya diri Anda harus dimulai dari dalam. Dan jika Anda berhasil memperbaiki kualitas 'dunia dalam' Anda, maka 'dunia luar' akan mengikutinya.

Jika Anda sukses dengan berhasil meraih percaya diri, maka kesuksesan juga akan terjadi pada 'dunia luar' Anda. Jika Anda berhasil meraih percaya diri, maka Anda berpeluang besar untuk meraih keberhasilan dalam kehidupan diri pribadi, kehidupan sosial, kehidupan pendidikan, dunia karir dan dunia bisnis Anda.

Keberhasilan meraih percaya diri, berarti keberhasilan meraih kontrol terhadap temperamen pribadi. Itu berarti, Anda juga punya peluang besar untuk mengontrol temperamen 'dunia luar' Anda.

Ingat ini:

- Indahnya bulan ada di hati Anda;
- Pemandangan langit dan lautan luas beserta bintang gemintang, tergantung mata Anda.
- Panasnya terik matahari dan api, ada di kulit Anda;
- Bau busuk dunia ini, adanya di hidung Anda;
- Pedasnya cabai dan panasnya merica, ada di lidah Anda;
- Dunia dan seisinya, ada di dalam diri Anda.

Jika Anda punya kontrol terhadap temperan diri, maka Anda pantas mengontrol temperamen dunia dan seisinya. Ramah atau tidaknya dunia ini pada Anda, Anda sendiri yang menentukannya.

Dan untuk mencapainya, mulailah dengan mempercayai diri Anda sendiri. Tuhan telah menciptakan Anda dengan sempurna, dan Ia menginginkan Anda mempercayai hal itu.

PERCAYA DIRI BERARTI MAMPU MENGHAMBAT UPAYA SABOTASE DIRI

Percayalah bahwa setiap hambatan, hampir bisa dipastikan datang dari dalam diri sendiri. Setiap hambatan akan men-sabotase dengan mencegah diri Anda dari mengambil tindakan.

Tindakan adalah segala aktivitas yang membuat hidup Anda menjadi lebih baik. Resep keberhasilan adalah tindakan, dan untuk bisa bertindak, Anda perlu percaya diri.

PERCAYA DIRI BERARTI HIDUP SISTEMATIS

Sistematis berarti efisien dan efektif. Dengan percaya diri, Anda akan bertindak. Dan bertindak atas dasar percaya diri, akan membuat Anda mampu mengambil keputusan dan menentukan pilihan. Dengan kemampuan itu, tindakan Anda akan tepat, akurat, efisien dan efektif.

PERCAYA DIRI BERARTI PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR

Hidup Anda adalah sekolah Anda. Cara belajar Anda mengikuti dua pola, yaitu shaping alias pembentukan dan modelling alias teladan. Percaya diri akan membuat Anda menjadi orang yang lebih mampu dalam melakukan self development, pengembangan dan perbaikan, dan lebih mampu dalam mengambil suri tauladan serta melakukan berbagai inovasi sebagai kelanjutannya.

PERCAYA DIRI BERARTI YAKIN AKAN FUNGSI DIRI

Dengan percaya diri, Anda akan lebih yakin bahwa keseluruhan diri Anda akan berfungsi dengan baik. Dengan percaya diri Anda akan mampu mendorong diri Anda untuk total, maksimal dan optimal. Dengan semua itu, Anda akan mencapai kemandirian dan kemerdekaan.

PERCAYA DIRI BERARTI FOKUS PADA DUNIA LUAR

Tidak percaya diri disebabkan oleh kesibukan dalam mengkhawatirkan diri sendiri. Dengan percaya diri, Anda akan disibukkan oleh dunia luar. Dengan percaya diri Anda akan menjadi orang yang lebih melayani, lebih bermanfaat, dan lebih memberi nilai kepada dunia luar.

Dengan percaya diri Anda akan berorientasi keluar. Dengan percaya diri, Anda akan lebih berhasil dalam memimpin dan menjual.

PERCAYA DIRI BERARTI HIDUP YANG LEBIH NYAMAN DAN MENYENANGKAN

Dengan percaya diri Anda akan lebih menikmati diri sendiri, lebih menikmati dunia luar. Hidup Anda akan penuh dengan kegembiraan, dengan hanya sedikit kekhawatiran. Dunia Anda akan lebih nyaman dan menyenangkan. Dengan percaya diri, Anda bisa membuat 'hidup lebih hidup'.

PERCAYA DIRI BERARTI PESAN POSITIF

Dengan percaya diri, Anda akan mengkomunikasikannya kepada dunia di luar Anda. Dengan percaya diri, Anda akan membuat orang lain menjadi percaya diri. Dengan percaya diri, Anda akan lebih meyakinkan. Percaya diri adalah pesan. Pesan yang amat penting untuk dikomunikasikan kepada orang yang terlibat dengan Anda. Dengan percaya diri, sekali lagi Anda akan berhasil dalam memimpin dan menjual.

PERCAYA DIRI BERARTI PELUANG UNTUK MENUMBUHKAN KHARISMA

Dengan percaya diri, Anda berpeluang besar untuk menumbuhkan tingkat maksimal dari percaya diri, yaitu kharisma. Dengan percaya diri, Anda akan menciptakan jalan untuk menjadi orang yang selalu didengar kata dan perintahnya.

DARI MANA DATANGNYA PERCAYA DIRI?

Percaya diri datang dari kemampuan berkomunikasi secara verbal, dengan berbicara.

Dengan berbicara, Anda akan berbicara pada diri sendiri dan berbicara pada orang lain.

Berbicara kepada diri sendiri akan menjalankan proses manajemen diri. Andalah orang yang paling tahu harus mengatakan apa pada diri sendiri.

"Saya bisa" atau "Saya tidak bisa".
"Saya akan berhasil" atau "Saya akan gagal".
"Saya harus melakukan ini" atau "Saya memang menginginkan ini".
"Saya yang menentukan" atau "Bukan Saya yang menentukan".
"Saya yang memilih" atau "Orang lain yang memilih".
"Terserah Saya" atau "Terserah orang lain".

Berbicara kepada orang lain akan menjalankan proses manajemen diri orang lain.

"Anda harus begini atau harus begitu".
"Saya meminta Anda melakukan ini atau itu".
"Saya ingin hasilnya begini atau begitu".
"Saya yang menentukan, bukan Anda yang menentukan".
"Saya yang memerintah Anda yang mengikuti".
"Saya yang menjual dan Anda yang membeli".
"Jika Anda ingin berhasil, ikuti saran Saya".

Jadi, mulailah segala keberhasilan Anda dengan percaya diri saat berbicara.
Ikhwan Sopa - Master Trainer E.D.A.N.

Misunderstanding : Success Is A Destination

Salah pengertian jika menganggap sukses adalah suatu tujuan. Mengapa?

Sukses adalah perjalanan. Life is a never-ending journey. Kita selalu mencapai puncak satu dan puncak lainnya. Selalu ada lebih banyak dan lebih baik atas apa yang telah kita capai. Mari kita menyadari bahwa lebih banyak tidak selalu lebih baik. Sebagai contoh : lebih banyak uang tidak selalu berarti kualitas hidup yang lebih baik (bukan maksudnya uang tidak dapat meningkatkan kualitas hidup lho, tentu uang dapat meningkatkan kualitas hidup untuk hal yang baik, contohnya orang perlu uang untuk beli obat jika sakit , ke dokter untuk kualitas kesehatannya, orang perlu uang untuk meningkatkan kualitas gizi makanan keluarganya, orang perlu uang untuk rekreasi meningkatkan kualitas hidup, tapi jika digunakan untuk membeli narkoba atau hal-hal buruk, uang tidak meningkatkan kualitas hidup). Dalam perjalanan hidup kita, selalu ada suatu yang lebih banyak dan lebih baik yang dapat kita capai.

Maksudnya bukan semata-mata "selalu untuk diri sendiri" melainkan dari itu, lebih banyak lagi yang kita dapat capai. Apakah artinya?

Ketika kita telah mencapai "kecukupan untuk diri sendiri", tidak antusias lagi berusaha untuk mencoba mencapai lebih banyak dan lebih banyak lagi untuk diri sendiri dan lagi-lagi untuk diri sendiri, yaitu banyaknya uang yang dibutuhkan seseorang untuk keperluannya dan keluarganya. Akan tiba saatnya berpikir bahwa kita dapat mencapai lebih baik dengan mencapai lebih banyak bagi orang lain (khususnya orang-orang yang kurang beruntung).

Jadi ketika kita merasa telah mencapai sesuatu bagi diri sendiri apakah kita akan berhenti?
Sudahkah kita mencapai tujuan ?

Tidak, teruslah berjalan dan teruslah mencapai lebih banyak dan lebih baik, agar berguna juga bagi orang lain.

Contoh :

Cerita 1 :
Seorang muda yang miskin. Kemudian ia memutuskan untuk bekerja giat dan membuka usaha sendiri sebagai wira usaha. Setiap hari ia berkerja dengan begitu kerasnya untuk memajukan usaha dagangnya yang kecil. Singkat cerita usahanya semakin berkembang dan maju pesat, hingga akhirnya ia dapat membuka cabang, melakukan inovasi-inovasi, mendirikan usaha yang lebih besar, mengangkat karyawan-karyawan baru dan akhirnya ia merasa sudah mencapai tujuan dan sukses. Ia merasa tujuannya telah tercapai, dalam hatinya ia mengatakan "Inilah hasil usaha keras yang kulakukan dan sekarang saatnya aku memetik dan menikmati hasil usahaku" Kemudian ia mulai menikmati hasil buahnya tanpa pemeliharaan yang baik lagi. Awalnya sih baik-baik saja, tapi setelah sekian lama ia terus merasa telah sukses dan tidak melakukan apa2 lagi bagi perkembangan usahanya, tidak melakukan inovasi baru, tidak mengangkat karyawan baru, dan tidak mentraining hal-hal baru untuk karyawan yang sudah ! ada,
tidak mempelajari teknologi baru dan membekali karyawannya dengan ilmu-ilmu modern sehingga akhirnya saat persaingan dagang semakin ketat, perusahaan pesaing begitu banyaknya yang menggunakan inovasi dan teknologi komputerisasi, ia mulai tersingkir dari kejayaannya, dan satu per satu cabangnya tutup karena omzet yang semakin dikit dan tidak dapat menutupi biayanya.

Cerita 2 :
Seorang muda yang miskin. Kemudian ia memutuskan untuk bekerja di sebuah bank sebagai staf. Dalam bekerja ia ulet, terus mencari ilmu, selalu disiplin dalam pekerjaannya, dan bekerja keras melebihi standard pekerjaan seperti yang lainnya, setiap kesempatan ia mencoba menambah pengetahuannya dengan menuntut ilmu yang lebih baik Singkat cerita karena keuletan dan kerja kerasnya maka jabatannya semakin tinggi dan akhirnya ia diberi kuasa jadi direktur cabang perbankan. Di saat itu dia mulai merasa inilah saatnya saya memetik hasil kerja saya. Sehingga ia mulai lebih banyak menghabiskan waktunya bersama anak-anaknya di rumah, dan mengabaikan tugas-tugasnya, selalu datang dan pulang kantor sesuka hatinya (berhubung sudah jadi direktur tidak ada yang berani menegurnya), tidak lagi mencari ilmu tentang informasi penting. Awalnya semua berjalan baik-baik saja namun saat krisis ekonomi terjadi, banyak bank dinyatakan kolaps. kemudian banyak orang-orang muda yang baru yang giat mulai naik jabatan dan setara dengan jabatannya. Di saat manajemen puncak memutuskan untuk mengurangi secara besar-besaran jumlah karyawannya, karena salary yang besar tapi tidak menghasilkan banyak bagi perusahaan, maka si bapak ini akhirnya ikut kena PHK.

Ketika seseorang merasa sukses setelah ia mencapai tujuannya, maka ia tidak lagi bekerja giat, tidak lagi antusias berkarya , tidak lagi menciptakan inovasi-inovasi baru, maka semua itu dapat menjerumuskannya. Sebaliknya, dengan menganggap bahwa sukses adalah suatu perjalanan, maka seseorang akan terus berkarya dan menciptakan inovasi baru untuk mencapai lebih banyak dan lebih baik bagi dirinya juga bagi orang lain.

Salam Sukses !!!

Yenni Chan
www.ide-informasi-bisnis.blogspot.com
www.learning-idea.blogspot.com

Cinta Tak Harus Sama

Bu, lapar !, rengek anak kecil yang sedang berada di pangkuannya. Wanita itu menatap dengan lembut anaknya. Hatinya terasa teriris-iris. Dipandangi gubug reyot tempatnya tinggal, tidak ada sama sekali makanan yang masih tersisa. Hanya ada air putih yang masih tersisa di dalam kendi tanah diatas meja. Perlahan diraihnya kendi tanah itu dan mengulurkan kucunya ke mulut anak semata wayangnya. Sang anak meneguk tiga kali berusaha menghilangkan rasa lapar dengan meminum air.

Anak kecil itu menatap wajah ibunya dengan penuh rasa sayang, seakan ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sangat dalam. Tangan kecilnya meraih keatas mengusap air mata bening yang keluar dari kelopak mata ibunya.

”Mengapa ibu menangis”, tanya sang anak perlahan.

Wanita itu menghela nafas panjang, dia berfikir tidak mungkin menjelaskan apa yang sedang difikirkannya kepada anak kecil ini. Ini tentang beban hidupnya yang sangat berat, bahkan dia selalu berusaha tegar terhadap semua keterbatasan yang dia miliki.

”Nggak apa-apa kok sayang, bobok lagi saja !”, ujar sang wanita lembut seakan ingin menciptakan ketentraman di hati anaknya.

Sang anak menatap lebih dalam ke arah mata ibunya, seakan mencoba mencari tahu alasan mengapa ibunya menangis.

”Aku tahu beban ibu sangat berat”, celetuk polos sang anak yang membuat ibunya sedikit tersentak.

”Aku tahu dengan segala keterbatasan ibu, ibu selalu berusaha untuk mencukupi segala kebutuhanku. Ibu menjadi buruh mencuci, kadang-kadang ibu mengumpulkan sisa-sisa sampah untuk dijual lagi. Aku tahu ibu melakukan itu semua agar aku bisa makan”, anak kecil itu terus berceloteh untuk membuat ibunya bangga.

”Tapi ibu tidak bisa menyekolahkanmu anakku !”, jawab sang ibu dengan penuh penyesalan.

”Ibuku sayang !”, kata sang anak sambil bangkit dari tidurnya. Diletakkan kedua tangannya di pangkuan ibunya seakan ingin memberikan kekuatan kepada orang yang paling dicintainya.

”Ibu tidak menyekolahkanku, tetapi setiap malam ibu mengajariku membaca, berhitung, mengaji, atau pengetahuan-pengetahuan baru dari kertas koran bekas yang kita kumpulkan. Semakin hari aku semakin mengerti tentang ilmu-ilmu baru, bahkan mungkin jauh lebih banyak dari teman-teman sebayaku”, jawab sang anak tulus dan bangga.

”Iya, tapi aku tak mampu menyekolahkanmu di SD di kampung kita. Coba kalau ibu mampu maka kamu nanti bisa punya ijasah melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan masa depanmu akan lebih baik”, sang ibu menjawab sambil tertunduk seakan merasa telah mengeluh terlalu dalam kepada anaknya.

Sang anak kecil menggeser duduknya tepat dihadapan sang ibu. Dia tersenyum sangat manis, dipijatnya kaki wanita didepannya. Seorang wanita cantik sebenarnya, tetapi nampak lebih tua dari umur yang sebenarnya, apalagi dia harus hidup sendiri sepeninggal suaminya.

”Ibuku sayang, dengan semua yang ibu bisa, ibu sudah memberikan yang terbaik untuk kehidupanku. Aku bersyukur karena mendapatkan limpahan kasih sayang yang tiada tara. Ibu selalu mengajariku semua yang seharusnya aku tahu. Ibu selalu berada disampingku pada saat aku membutuhkannya. Aku memang ingin sekolah di SD di kampung kita, tetapi aku lebih ingin mendapatkan cinta yang aku rasakan selama ini. Aku memang ingin hidup berlimpah ruah seperti anak-anak kecil sebayaku, tetapi aku lebih ingin hidup disampingmu karena aku selalu mendapatkan limpah ruah kasih sayang yang selama ini aku butuhkan.”.

Sambil mendekatkan wajah, anak kecil itu melanjutkan perkataannya, ”Bu, mencintai tak harus sama, ketulusan untuk mewujudkan cinta jauh lebih penting dari sekedar menyamakannya dengan kehidupan orang lain.”

Dipeluknya wanita itu dengan penuh kasih sayang, ”Bobok lagi yuk, ibu harus istirahat, besok kita janji jam setengah enam sudah di rumah Pak Hadi untuk mencuci baju”

Anak kecil itu menarik selimut kumalnya sampai ke dada. Membiarkan wanita itu berurai air mata. Tetapi kali ini bukan karena kesedihan meratapi nasib, justru karena syukur yang amat dalam karena Tuhan mengirimkan malaikat kecil untuk mendampingi dan memperkuat hidupnya.


Selamat menjalani hari dengan penuh rahmat.


Cahyana Puthut Wijanarka

www.peopledeveloppeople.com

Berani Untuk Berkata Tidak

Teman saya seorang pengusaha servis. Dia memiliki kemampuan yang luar biasa untuk ukuran rata-rata seorang tukang servis. Namun dari hari ke hari bisnisnya tidak berkembang terlalu pesat. Nyaris stagnan bahkan banyak orang yang mengajukan komplain atau protes atas hasil kerjanya. Apakah pekerjaannya buruk? Tidak. Apakah dia menipu orang? Tidak juga.

Awalnya saya tidak mengerti mengapa potensi yang bagus itu tidak membuat dia melejit dalam karir dan bisnis. Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya saya sendiri melakukan proses transaksi bisnis dengannya. Anggap saja dia namanya Toro. Saya bilang pada dia bahwa saya butuh menservis barang-barang elektronik yang saya miliki. Saya tanya dia, kapan bisa datang dan berapa biaya servis untuk per unitnya. Dia berjanji dua hari lagi mau datang dan biaya disesuaikan saja dengan yang sudah-sudah.
Saya tunggu selama dua hari. Anehnya setelah tiba pada hari yang dijanjikan ternyata dia tidak datang ke tempat saya. Awalnya saya masih positif thinking, mungkin dia pagi hari sibuk dan akan datang siang hari. Ditunggu sampai sore tidak datang juga. Keesokan harinya pun tidak muncul, baru seminggu kemudian dia datang dengan tergopoh-gopoh. Melihat wajah dia saya agak jengkel, tapi saya tetap berusaha untuk bersikap tenang dan biasa.

Dalam pikiran saya mestinya kalau dia sibuk atau tidak bisa datang, saya dikabari apakah ditelepon atau di-SMS. Saya memang tidak berusaha untuk menghubungi dia karena sudah janji cukup matang untuk datang ke tempat saya. Saya hanya bercanda pada dia dengan ungkapan, "Wah, ada order yang lebih besar ya sampai order kita yang kecil dinomorduakan," kata saya.

Gak ada penjelasan maupun ungkapan meminta maaf. Dia hanya terlihat seperti rikuh tapi tidak jelas apa yang dia rikuhkan. Tidak hanya sampai di situ. Kali berikutnya saya punya janji lagi dengan dia. Tapi kali ini saya tidak mau berspekulasi apakah dia datang atau tidak pada waktu yang dijanjikan. Pada hari H datang dan sampai siang hari belum datang saya coba kontak handphone dia. Apa yang terjadi? Handphonenya mati. Saya coba menghubungi nomor lain pun sama, tidak aktif.

Ketika saya sudah tidak lagi mengharapkan dia, tiba-tiba dia datang persis seperti kedatangan dia kali pertama ketika janjinya meleset. Saya beri kesempatan dia untuk menyelesaikan pakerjaannya. Setelah itu saya dekati dia dan mencoba untuk bertanya. Pertanyaan saya kira-kira, mengapa janjinya meleset? Dia menjawab, bahwa ketika mau datang ke tempat saya tiba-tiba ada orang datang dengan mengatakan, "Tolong mas, saya butuh sekali bantuan Anda.

Sekarang juga harus datang ke rumah saya," tuturnya menirukan orang yang berkata pada dia. Dan pada saat itu dia bimbang apakah akan ke rumah saya atau ke tempat orang yang memohon dan meminta tolong untuk datang. "Saya orangnya gak enakan pak. Akhirnya saya memenuhi permintaan orang yang datang ke rumah saya dan mengerjakan permintaan dia," katanya. Akhirnya dia sampai ke tempat saya beberapa hari berikutnya. Dan dia katakan tidak hanya kepada saya memperlakukan klien bisnisnya seperti ini, sudah banyak orang yang protes kepada dirinya tapi kesulitan untuk menemukan jalan keluar, harus bagaimana ngomongnya.

Saya mencoba untuk memberikan gambaran kepada teman saya itu. Tidak enakan kepada orang itu bagus, tapi kalau sudah janji kepada seseorang kemudian datang orang kedua meminta waktu kita dalam waktu yang sama, maka ketidakenakkan itu menjadi bumerang bagi kita. Mengapa kita tidak terus terang saja bahwa kita sudah punya janji dengan orang lain. Saya pikir dia juga pasti mau mengerti bahwa kita juga memiliki jadwal kunjungan kepada orang-orang yang jumlahnya tidak hanya satu atau dua orang.

Dia tampak senang kepada saya. Entah senang karena saya tidak marah atau senang karena saya malah memberitahu dia yang selama ini dia anggap merupakan persoalan yang tak kunjung bisa diselesaikan oleh dirinya. Tapi saya tegaskan kepada dia bahwa saya sendiri pernah mengalami hal yang sama beberapa tahun ke belakang. Saya berkata seperti itu dengan harapan dia tidak beranggapan bahwa sesuatu yaang terjadi pada dirinya adalah sesuatu yang dianggap aneh. Kalau dirinya mau berusaha untuk mengubah, maka dia juga akan bisa mengubahnya sikapnya yang kurang menguntungkannya.

Sekitar dua puluh tahun lalu, saya mengalami hal yang sama. Tidak enak kepada orang-orang yang meminta bantuan kepada saya. Akhirnya saya sering dimarahi orang karena janji tidak tepat waktu dan bahkan mengecewakan teman sendiri. Apa yang terjadi saat itu kepada saya? Saat itu saya hanya berpikir tidak enak dan tidak berani untuk berkata 'tidak'. Kata 'tidak' saya rasakan sebagai sesuatu yang bisa melukai perasaan. Saya tidak berpikir bahwa berjanji dengan orang dan tidak menepatinya jauh lebih mengecewakan ketimbang berkata 'tidak' karena memang kita tidak bisa melakukannya.


Dari beberapa pengalaman saya akhirnya belajar banyak dan suatu ketika memberanikan diri untuk berkata tidak, menolak permintaan seseorang karena saya benar-benar tidak bisa. Saat saya menolak dan berkata tidak, ada rasa lega dalam hati dan perasaan saya. Sejak saat itulah saya selalu berani untuk berkata tidak, menolak sesuatu yang memang tidak bisa dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan aktifitas lain. Tapi tentunya kita harus tetap konsisten setelah berkata ya pada orang tersebut, kita harus menolak permintaan orang berikutnya apabila berjanji dalam waktu yang sama.

Oleh : Ade Asep Syarifuddin

Nilai Seikat Kembang

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum. Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata,

"Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak,karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!"

Penjaga kuburan itu menganggukkan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu. Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata,

"Saya Ny . Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya."

"O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda." jawab pria itu.

"Apa, maaf?" tanya wanita itu dengan gusar.

"Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang. Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya," jawab pria itu. Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.

Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.

"Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal. Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia. Sampai saat ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!"

Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.

Sumber: Anynomous

Jujur Itu Langgeng

"Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana." -- Anonim

HAMDAN adalah sebuah anomali. Dia pergi ke kantor hanya dengan mengendarai sepeda motor yang sudah butut. Helmnya pun bau apak. Jaketnya kumal. Padahal Hamdan merupakan orang penting di sebuah perusahaan. Dialah yang menjadi pengatur keluar masuknya barang yang menjadi komoditas perusahaannya. Hamdan berkali-kali mengatakan dirinya hanya berusaha keras menjalankan pekerjaan dengan baik. Sehari-hari dia mencatat dengan penuh ketelitian, agar jangan sampai satu barang pun lenyap ataupun nyelonong ke tempat lain.

Ketelitian menjadi panglima. Kejujuran menjadi napas dalam hidupnya.

Berkali-kali dia berperang dengan sikapnya itu. Tatkala keluarganya membutuhkan uang berlebih untuk sebuah keperluan, dia hanya mengandalkan tabungannya yang tak seberapa. Begitu selalu. Hamdan pun dicap sebagai orang aneh.

Hingga pada suatu saat ketika Hamdan telah pensiun, mantan koleganya menghubunginya meminta bertemu. Ternyata koleganya memintanya mengelola pendistribusian barang-barang di perusahaannya. Tentu dengan gaji dan fasilitas yang menggiurkan, yang tidak didapatkan oleh Hamdan di perusahaan sebelumnya. Sang kolega pun berbaik hati dengan menawarkan kerjasama kepada Hamdan bila berminat, untuk menaruh saham di perusahaan tersebut.

Hamdan tak membuang kesempatan emas ini. Jadi Hamdan tidak hanya mengelola, tapi juga diberi kesempatan memiliki perusahaan yang ditanganinya sekarang.

Rupanya, inilah buah kejujuran yang dimiliki Hamdan. Sang kolega mempercayai penuh kejujuran yang dimiliki Hamdan, ditambah dengan kecakapannya mengelola pendistribusian barang.

Kejujuran, dan juga kisah Hamdan sendiri, memang menjadi sesuatu yang aneh dan langka. Tak usah mencari jauh-jauh contohnya. Bacalah koran, tonton tivi, atau dengarlah radio. Setiap hari kita jumpai kasus korupsi, perampokan, penipuan, pencurian, tindak kekerasan, perselingkuhan, atau kasus kriminal lainnya. Kesemuanya bermuara pada satu hal, bahwa komitmen mengenai kejujuran tidak terpenuhi.

Jujur tak hanya diartikan secara harfiah sebagai 'berkata benar, mengakui atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran'. Tapi juga dalam pengertian yang lebih luas, tidak berbohong, tidak menipu, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak berbuat tindak kekerasan, tidak melakukan selingkuh, dan sejumlah `tidak' lainnya, merupakan bentuk lain dari sebuah kejujuran.

Oleh karena itu kejujuran membutuhkan komitmen untuk pemenuhan kejujurannya. Dalam jenis pekerjaan apapun, nilai sebuah kejujuran tak bisa ditawar-tawar lagi. Anda harus memegang teguh pada komitmen dimanapun Anda berada dan bekerja. Tidak boleh berbohong. Tidak boleh menipu. Tidak boleh merekayasa. Bagaimana Anda mau dikatakan jujur, jika hendak menjadi caleg saja harus menyogok. Bagaimana Anda mau dikatakan jujur, jika Anda membohongi publik dengan aksi menggoreng saham, yang nilai sahamnya memang tidak sebanding dengan nilai buku perusahaan.

Lantas, bagaimana agar nilai-nilai kejujuran dapat terus berkembang?

Kejujuran sesungguhnya dapat ditularkan. Sama seperti virus, ia dapat menyebar dengan cepat. Suri tauladan yang baik selalu berawal dari atas. Dalam psikologi, dikenal prinsip modelling. Artinya murid akan dengan mudah meniru perilaku tertentu melalui proses peniruan terhadap model. Siapa saja dapat bertindak sebagai model. Pemimpin, orangtua, guru, orang-orang yang mempunyai banyak penggagum, ataupun orang-orang yang mempunyai pengikut. Jadi, bila pemimpinnya tidak jujur, sulit mengharapkan rakyatnya juga berlaku jujur. Jika seorang pejabat korupsi, jangan salahkan kalau bawahannya ikut-ikutan korupsi. Dan, jangan juga salahkan sang anak yang malas belajar karena asik menonton televisi, sementara sang anak melihat ibunya asik menonton sinetron.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa kejujuran sulit diterapkan dalam dunia bisnis dan politik.
Pertimbangan moral dikesampingkan dan lebih mengedepankan nafsu untuk mencari untung atau kekuasaan semata. Benarkah demikian? Sebaliknya. Padahal, kejujuran akan membawa pada kelanggengan. Kepercayaan, lebih-lebih dalam dunia bisnis, membutuhkan prasyarat bernama karakter. Karakter dibangun dari dua hal utama; kejujuran dan tanggung jawab.

Kejujuran berbicara tentang moralitas dan etika. Sedangkan tanggung jawab berhubungan dengan kompetensi. Di negeri ini, banyak pebisnis yang sukses dan politisi yang dikenang hingga kini karena kejujuran yang dianutnya selama ini. Nilai-nilai yang mereka anut untuk: tidak ngembat sana-sini, tidak ngemplang, tidak sikut kanan-kiri, tidak merekayasa nilai proyek, tidak mengulur-ulur penjualan saham, atau tidak ngadalin mitra kerjanya.

Oleh karena itu kejujuran membutuhkan pengorbanan untuk menunda kesenangan. Meniti dan mencapai hasil sesuai dengan usaha tanpa harus memark-up atau menipu. Apa enaknya, bila kesuksesan diraih dengan begitu cepat, tetapi dengan mengorbankan nilai-nilai kejujuran. Hidup tak tentram, tidurpun tak nyenyak.

Kejujuran memerlukan kesadaran untuk paham akan batas kelemahan diri sendiri dan tidak sungkan untuk mengaku salah. Dan juga sebaliknya, bersedia memaafkan kelemahan orang lain.

Kejujuran juga berarti sadar bila tidak mampu dalam mengerjakan sesuatu. Jika kemampuan Anda mengangkat beban hanya lima kilo, jangan memaksakan Anda mengangkat hingga mencapai sepuluh kilo. Jika harga saham sesungguhnya hanya seribu perak, jangan dipaksakan dijual lima ribu perak. Kejujuran merupakan salah satu kunci untuk mengatasi masalah hidup berbangsa dan bermasyarakat di negeri ini.

Seperti pepatah lama Belanda yang mengatakan, eerlijk duurt 't langst, jujur itu langgeng. Percayalah. (030908)

Sumber: Jujur Itu Langgeng oleh Sonny Wibisono

Berfikir Yang Orang Lain Tidak Fikirkan

Pada saat pesawat terbang pertama kali terlintas dalam benak penemunya, tentu saja ada pergulatan yang cukup hebat terhadap pilihan untuk ‘apakah melanjutkannya untuk jadi” atau “menghentikannya sampai disini”. Demikian juga pada saat dalam uji coba ternyata kegagalan dan kegagalan yang ditemui, bahkan cemoohan dari orang-orang disekitarnya terdengar menyakitkan dan menyinggung perasaan, bahkan tidak sedikit yang menyatakan bahwa ini hanyalah perwujudan dari kegilaan. Namun sang penemu terus menancapkan pilihan “melanjutkannya untuk jadi”, dan berkah itu sekarang kita rasakan, perpindahan fisik dalam jarak yang panjang mudah kita lakukan dalam tempuhan waktu yang singkat.

Semua orang merasakan bahwa setiap kali mereka memiliki ide yang berbeda dari keseharian maupun kebiasaan , selalu saja harus berhadapan dengan anggapan negatif dari lingkungan dan kesulitan awal untuk memulai. Hal ini sangat manusiawi jika kenyataan mengatakan bahwa jumlah “orang besar” lebih sedikit dari jumlah orang kebanyakan. Artinya memang keberanian berfikir dan menjalani kehidupan yang berbeda memunculkan peluang yang berbeda pula.

Ada dua hal yang paling berpengaruh pada saat kita berkeinginan berfikir berbeda. Faktor yang pertama adalah “ketakutan” dan faktor yang kedua adalah “penundaan”. Ketakutan akan kegagalan, ketakutan melakukan sesuatu yang sia-sia, ketakutan atas anggapan orang lain merupakan definisi atas faktor yang pertama. Sedangkan penundaan seringkali karena pola fikir menunggu momentum yang tepat.

Bagaimana mengatasi “ketakutan” ?

Ketakutan adalah milik semua manusia, tetapi seorang pemberani bukanlah orang yang tidak memiliki rasa takut, tetapi orang yang paling sering menkonfrontasi rasa takutnya untuk tujuan besar yang lebih positif. Mengkonfrontasi rasa takut menjadi lebih mudah jika tujuan yang ingin kita capai lebih jelas. Misalnya di pedesaan pada malam hari seseorang takut untuk pergi menonton acara panggung gembira di lapangan kelurahan yang letaknya jauh dari rumah, tetapi dengan lebih memperjelas tujuan bahwa kalau tidak berangkat maka tidak bisa melihat group dangduth favoritnya perlahan-lahan rasa takut itu akan pergi. Seorang karyawan dengan jabatan supervisor takut untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan board of director untuk yang pertama kalinya, tetapi dengan lebih memperjelas tujuannya bahwa dia menginginkan untuk menjadi manager dalam 2 tahun, maka cara yang paling mudah adalah sering menunjukkan kelebihannya di depan para direktur sebagai pemegang keputusan tertinggi di dalam promosi, maka rasa takut itu perlahan-lahan akan pergi.

Memperjelas tujuan berdampak terhadap penguatan kemauan, dan penguatan kemauan menyingkirkan rasa ketakutan.

Bagaimana mengatasi “penundaan”?

Berfikir tentang menunggu momentum adalah kesalahan berfikir yang terbesar, karena momentum itu diciptakan. Usaha yang sistematik untuk mengkondisikan kekuatan diri dan lingkungan akan menciptakan momentum kesuksesan.

Menunda berarti membiarkan orang lain melakukannya lebih dahulu. Untuk menjadi orang yang dikenal luas ada dua buah cara, cara yang pertama adalah melakukannya dan menjadi yang terbaik atau melakukannya untuk pertama kali. Membiarkan orang lain melakukannya lebih dulu adalah kegagalan 50% untuk dikenal secara luas dan kegagalan 50% dalam peluang sukses.

Mulai berfikir berbeda adalah awal dari langkah besar

Memulai berfikir yang berbeda adalah awal untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Seorang penjual jamu gendong keliling akan selamanya menjadi penjual jamu gendong keliling, kalau dia tidak mulai berfikir menyisihkan sebagian hasil jualannya untuk dikumpulkan menyewa depot jamu. Setelah terkumpul lalu dia menyewa sebuah depot untuk berjualan, dan hasil penjualannya dia sisihkan untuk uang muka pembelian ruko dimana dia tidak hanya menjual jamu merk orang lain tetapi juga meracik jamu hasil ramuan yang dia yakini memiliki khasiat, maka kita dapati sekarang dia menjadi pemilik sebuah pabrik jamu.

Rumusan awal selalu mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang berbeda maka usahanya harus berbeda. Usaha awal untuk berbeda adalah dengan berfikir berbeda dari orang lain.

Mencari aspek yang berbeda dengan ujung yang positif dimulai dengan melakukan proses kalkulasi dan penelusuran terhadap apa yang sering atau telah difikirkan oleh orang lain.

Misalnya :

- Sesuatu yang biasanya difikirkan oleh seorang karyawan adalah bagaimana mendapatkan gaji yang lebih besar dari yang didapatnya sekarang. Berfikir berbedanya adalah : “bagaimana tanpa ada kenaikan gaji tetapi terjadi peningkatan kesejahteraan dan kemerdekaan keuangan”.

- Seorang penjual biasanya berfikir tentang bagaimana meraih target penjualan yang telah ditetapkan setiap bulannya, apa yang harus dilakukannya hari ini, siapa prospek yang memungkinkan untuk menaikkan omzet. Berfikir berbedanya adalah “bagaimana meraih target penjualan tanpa harus menjual sendiri dan pasti berhasil”

- Seorang Direktur biasanya berfikir tentang bagaimana cara memajukan bisnisnya atau membuat bisnisnya berkembang dengan pesat. Berfikir berbedanya adalah “bagaimana agar dia tetap bisa setiap hari bermain golf dan bersenang-senang dan usahanya menjadi tambah besar dan berkembang pesat”

- Seorang Guru biasanya berfikir tentang bagaimana menyampaikan materi didepan kelas dan muridnya menjadi pandai. Berfikir berbedanya adalah “bagaimana tanpa kehadirannya murid bisa belajar dan mengerti tentang ilmu yang diajarkannya”

- Seorang Mahasiswa biasanya berfikir bagaimana meraih indeks prestasi setinggi-tingginya sebagai bekal untuk mendapatkan pekerjaan pada saat nanti bekerja. Berfikir berbedanya adalah “bagaimana mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan tinggi tanpa harus menunggu lulus dengan indeks prestasi yang tinggi”

Mulailah berfikir berbeda sekarang juga.

Berfikir yang orang lain tidak fikirkan, membuka ruang sebuah peluang kesuksesan.


Selamat menjalani hari dengan penuh rahmat.

Cahyana Puthut Wijanarka
www.peopledeveloppeople.com

10 Kebiasan Efektif Pembicara Andal

Pembicara andal selalu menghadapi resiko pada saat ia berbicara atau berpresentasi walau begitu pembicara andal selalu fokus untuk tampil lebih baik Dibawah ini ada 10 kebiasaan efektif yang dilakukan seorang pembicara andal :

  1. Selalu berusaha menemukan cara untuk menjadi pembicara andal. Selalu meningkatkan performa dari pengalaman yang dimiliki, selalu belajar dan mencari cara agar materi yang disampaikan sesuai dengan audiens. 
  2. Selalu tabah untuk meraih kesuksesan. Didalam dunia public speaking tidak ada yang instant. Jangan ragu untuk belajar pada sekolah presenter ataupun rajin-rajin bertanya pada ahli dalam public speaking.
  3. Mencintai materi yang akan dibawakan. Audiens tidak akan mendengarkan anda jika anda sendiri tidak interest dengan materi yang anda bawakan.
  4. Rasakan dan sensitive terhadap keinginan audiens. Bagikan pengalaman yang tidak menyenangkan kepada audiens ketika anda membawa acara.
  5. Menghindari pernyataan maupun joke yang menyinggung audiens. Menggunakan anekdot ataupun quotation untuk menjaga konsentrasi audiens.
  6. Menyiapkan materi presentasi dengan teliti. Belajar dari materi yang telah lampau dan menyempurnakannya berdasarkan pengalaman yang ada.
  7. Membangun cerita untuk point penting dalam presentasi sehingga kemampuan untuk bercerita (story telling) harus selalu dipelajari.
  8. Berkomunikasi dengan seluruh panca indera. 80% komunikasi yang efektif terjalin melalui komunikasi visual dan 20% dari audio dan verbal. Jangan remehkan alat Bantu visual dalam presentasi.
  9. Latihan, untuk mencapai kesempurnaan. Berlatih didepan kaca dan teman.
  10. Tidak lupa untuk mengapresiasikan diri sendiri. Bersyukur bahwa tidak semua orang diberi kesempatan dan kemampuan untuk menjadi seorang pembicara.


Good Luck

IBSC TV Presenter

Kita Harus Berubah

Semua yang ada di sekitar kita berubah! Semua apa yang bisa ditangkap oleh panca indera kita berubah! Dan bila anda coba renungi, semakin ke sini, perubahan itu semakin cepat! Coba anda tengok sejarah, era seribu tahun lalu, orang hanya mengenal siapa saja yang hanya ada di sekitar kehidupannya secara fisik. Beberapa orang mungkin bisa mengenal orang-orang, jauh dari tempat dia dilahirkan, tapi itupun harus dilalui dengan keberanian untuk melakukan perjalanan panjang dan melelahkan, kebanyakan perjalanan darat, kalaupun ada perjalanan laut hanya terbatas pada jarak pendek antar pulau, karena perahu yang bisa tercipta hanya perahu ukuran kecil. Seperti sejarah mengenal Marco Polo, pelaut Viking, Columbus. 

Kita tengok di era seratusan tahun lalu. Revolusi Industri di Eropa, merubah budaya. Kapal-kapal besar tercipta, jalan darat pun bisa dilakukan lebih cepat dengan kendaraan bermesin. Membuat semakin banyak orang pergi dari tempatnya tinggal. Semakin banyak orang pergi lebih jauh lagi. Semakin banyak orang bisa mengenal orang lain yang bukan dari tempat kelahirannya, lebih banyak lagi. Apa yang ‘ditangkap’ panca indera sebagian besar orang pun semakin banyak dan beragam. Orang di negara tropis pun mengenal salju, sebaliknya orang-orang yang hidup di musim dingin, banyak yang mulai bisa merasakan hangatnya matahari tropis.

Dan sampailah di era sepuluh tahun lalu. Perubahan itu begitu luar biasa! Ada telepon, ada faximile, telah tercipta radio, televisi, alat komukasi nirkabel, ada angkutan udara yang menghubungkan dua belahan dunia hanya dalam semalam. Dan semakin banyak manusia bertemu dengan manusia lain. Pertemuan yang saya maksud tentunya tidak melulu sebuah keharusan pertemuan fisik. Dengan telepon kita bisa bicara dengan orang lain entah dimana tanpa pernah tahu penampilannya. Dengan televisi kita bisa melihat, menilai dan merasa dekat dengan orang dari belahan dunia lain tanpa perlu mengenalnya. Membuat panca indra ini memiliki pengalaman lebih banyak dari era sebelumnya. Semakin banyak melihat hal-hal yang tidak pernah dilihat jaman sebelumnya. Semakin banyak mendengar logat bicara negara lain lebih banyak lagi. Merasakan makanan lebih beragam.
Dan hari ini, segalanya semakin berubah cepat. Teknologi cellular, internet, broadband, GPRS, membuat seolah semua hal menjadi mungkin. Tak henti-hentinya setiap hari saya terkagum-kagum, misalnya dengan jejaring sosial semacam facebook, saya bisa ‘berburu’ teman-teman sekolah dulu, kembali berakrab-akrab, sesuatu yang hampir tidak mungkin dilakukan sepuluh tahun lalu. Di situ pun saya bisa kenal begitu akrab pada banyak orang padahal saya belum pernah sama sekali bertemu dengannya. Di situ pun saya bisa menyapa orang-orang yang mungkin agak susah untuk sekedar ditemui secara fisik, semisal artis terkenal, pejabat, politisi.

Diri kita juga harus berubah! Tanpa kemauan untuk berubah, terus belajar, membuka wawasan, memperbarui paradigma, memperbaiki perilaku dan kebiasaan-kebiasaan, maka analoginya mungkin kurang lebih seperti kita menempatkan diri kita pada kehidupan seratus bahkan mungkin seribu tahun lalu, walaupun kenyataannya anda hidup saat ini. Bisa anda bayangkan, misalnya suatu saat ditemukan mesin waktu, kemudian ada orang dari seribu tahun lalu hadir di tengah kita. Kira-kira apa yang kita lihat padanya? Kurang lebih begitulah yang terjadi pada diri kita bila kita tidak berkemauan untuk berubah.
Kita mungkin tak pernah tahu perubahan seperti apa lagi yang terjadi sepuluh tahun mendatang. Atau mungkin seratus,.. bahkan seribu tahun mendatang. Tapi menurut saya, apakah perubahan itu menjadi lebih baik atau sebuah petaka, sangat bergantung pada kemauan kita untuk berubah saat ini. Anda boleh tidak sependapat, tapi saya yakin akan hal itu..!

Pitoyo Amrih
Sumber: http://beranigagal.blogspot.com/

http://forumbebas.com/