http://referral.totobet.net/link.php?member=nomor13

Bagaimana Caranya Bangkit Lagi Setelah Jatuh

Pernah, dalam seminar yang saya menjadi pembicaranya ada peserta yang menanyakan, “Bagaimana caranya bangkit setelah kita jatuh gara-gara gagal dalam bisnis atau bangkrut?” Karena saya inginnya kasih tahunya cara yang simpel, nggak mbulet tapi dia mengerti ya saya bilang, “Ya langsung bangkit aja, lagi!”

Penanya itu pasti langsung membatin, “Ya semua orang tahu kalau gitu!” Hehehe ….

“Wong Ir. Ciputra aja penah jatuh 11 kali, dia bisa bangkit 12 kali. Coba kalau waktu dia jatuh yang kelima kali dan dia give up. Ya dia nggak akan jadi seperti sekarang. Kata Aa’ Gym, mestinya kita bisa belajar seperti anak balita yang baru belajar jalan. Meskipun anak kecil itu beberapa kali jatuh, mereka terus bisa bangkit lagi.”

Kenapa jawaban saya seperti itu?

Karena sesi pertanyaannya sangat singkat sekali. Untuk menerangkan ilmu bangkit dari kegagalan butuh waktu minimal setengah jam. Maka saya mencoba menerangkannya di blog yang lebih leluasa ini.

Begini lho ceritanya, hehehe, kayak mau mendongeng ….

Dalam ilmu persyarafan, setiap kita belajar hal yang sama sekali baru, maka akan ada syaraf baru yang terbentuk dari pusat rangsangan. Contohnya bisa dari mata, kuliit, lidah dll. menuju otak. Biasanya bentuknya sepeti benang.

Untuk menumbuhkan syaraf baru tersebut dibutuhkan energi dan oksigen yang lebih, ketimbang energi dan oksigen untuk saraf yang sudah terbentuk.

Coba lihat anak atau adik kecil kita yang baru diajari mengikat sepatu, pastilah dia sangat memperhatikan cara-cara menali sepatu.

Hal ini juga bisa kita rasakan sendiri kalau kita lagi konsentrasi untuk mempelajari ilmu yang betul-betul baru bagi kita. Sangatlah beda tingkat konsentrasinya bila dibandingkan dengan kita sedang memperhatikan/mereview suatu ilmu yang pernah kita dengar tapi lagi diterangkan lagi oleh seseorang.

Akan lebih mudah kerja otak kita untuk memanggil memori di otak hal yang pernah kita tahu, meskipun hal tersebut belum kita pahami atau kuasai.

Aliran saraf baru dari ilmu baru ini bentuknya sangat tipis seperti benang. Bila ilmu yang baru kita pelajari ini sering kita ingat, saraf ini menjadi semakin menebal. Istilah dalam bidang Kedokteran mengatakan, jika saraf ini sering dipakai maka akan terbentuk seperti sebuah jalan tol. Karena semakin lancar dan bebas hambatan arus-arus listik yang mengantarkan pikiran-pikiran ini.

Semakin sering kita mengingat ilmu-ilmu tertentu, semakin teballah saraf yang dipakai. Dan berangsur-angsur akan terbentuk jaringan yang by pass (langsung menuju) ke alam bawah sadar. Jadi prosesnya tidak menuju otak sadar lagi. Ilmu tersebut bakal melintas dengan sangat cepat, dan bahkan otomatis akan datang sendiri di benak kita.

Saya pernah main tenis. Tapi memalukan. Kalau ada bola yang menuju saya, biasanya saya jadi bingung mau mengembalikan pakai forehand atau backhand. Bandingkan dengan seorang Rafael Nadal (hehehe, kejauhan ya), petenis nomor wahid dunia saat ini.

Dengan kasus yang sama, pastilah Nadal tahu caranya, tidak pakai mikir, tidak pakai lama. Karena sudah terprogram di alam bawah sadarnya cara untuk mengembalikan bola yang baik, benar sekaligus mematikan lawan.

Contoh lain, kalau kita sedang salat, apa pernah kita memikirkan bacaan Al Fatihah itu kayak gimana? Pastilah kita bisa secara otomatis mengingat dan mengucapkannya.

Tahu tidak, ilmuwan barat pernah melakukan penelitian dan eksperimen tentang hal ini. Dibuatlah percobaan dengan tiga anjing yang ditempatkan di tiga ruangan berbeda.

Kita bisa menyebut anjing A ada di ruangan A, B di ruangan B, dst.

Anjing A di ruangan A yang tahunya ruangan A itu dialiri lisrik tegangan rendah. Tahu kan kalau anjing kena sengatan listrik, pastilah ia terkejut dan begitu menderita. Aliran listrik itu dialiri terus menerus.

Tapi, di ruangan A ada pintu keluar, yang cara membukanya dengan sebuah tombol.
Jadi gara-gara anjing itu tersiksa oleh setrum terus, ya dia girap-girap (sori, bahasa Jawa). Anjing itu terus-menerus berusaha mencari cara agar penderitaannya berakhir dengan menemukan pintu keluar.

Dalam usahanya itu, tanpa sengaja dia menekan tombol tersebut. Terbukalah pintu keluarnya, dan dia bisa keluar dari “ruangan penyiksaan” itu.

Bagaimana dengan Anjing B? Persis kayak anjing, A ruangannya diberi aliran listrik. Bedanya, ruangan itu tidak disediakan cara untuk keluar. Ya bisa dibayangkan bagaimana tersiksanya si B.

Anjing C? Dia diberi ruangan yang tidak ada aliran listrik. Just ordinary room.

Terus ketiga anjing itu dikumpulkan pada ruangan yang lebih besar. Ketiganya ditaruh di satu ruangan yang tidak bersekat. Ruangan ini pesis spesifikasinya dengan ruangan si A, ada aliran listriknya, plus exit door yang akan terbuka dengan mekanisme tombol.

Dan mulailah ruangan itu dialiri listrik. Karena si A sudah mengerti cara untuk keluar, ya ia tinggal cari tombol seperti yang ada di ruangannya sebelumnya. Setelah ketemu, dia langsung menekan tombol tersebut dan melenggang keluar.

Anjing C yang di ruangannya tidak ada siksaan sama sekali, melihat cara keluar si A, ya dia mencontohnya dan berhasil keluar.

Tapi coba tebak apa yang dilakukan si B?

1

2

3

4

5

Oke, sudah lima hitungan. Ingin tahu jawabannya?

Siapa yang menjawab bahwa si B melakukan seperti yang dilakukan si A dan C, SALAH BESAR!!

Yang dilakukan si B di percobaan ini dalam suatu kamar yang penuh dengan siksaan: Ia hanya terlungkup, dua kaki depannya ditaruh pada atas kepalanya yang kepala tersebut ditaruh di atas lantai. Sambil mendengking pelan. Tidak ada usaha atau perlawanan sama sekali.

Kenapa hal ini bisa terjadi?

Jawabannya adalah karena selama ini dia … DIAJARI UNTUK KALAH, DIDIDIK UNTUK MENYERAH. Karena di ruangan sebelumnya memang dibuat untuk tidak ada sama sekali jalan keluar.

Di ruangan C memang tidak ada “penyiksaan” sama sekali, jadi anjing C tidak pernah kena kesusahan sama sekali. Ia melihat cara untuk meloloskan diri dari kesusahan dari anjing yang lain, ya dia lebih open minded dari pada anjing B.

Kesimpulannya?
Di dunia ini, semua masalah ada jalan keluarnya. di setiap masalah keluar, pasti solusi juga keluar bersama-sama. Bukan solusi baru keluar setelah masalah keluar.

Allah sesuai dengan prasangka hambanya.

Jadi bila kita berprasangka hidup itu susah, ya hasilnya hidup kita selalu susah. Jika kita berprasangka kita baru bangkrut dan sulit untuk berdiri lagi, ya … (isi sendiri deh).

Sebenarnya ilmu ini beberapa abad yang lalu sudah ada, tapi banyak yang belum sadar tentang ilmu ini. Dan bahkan sampai orang-orang Barat berusaha menemukan ilmu yang sudah ada ini dengan mengadakan berbagai eksperimen.

Selalu ingatlah, bila ada suatu masalah menimpa dan tampaknya tidak ada jalan buntu, maka khusus untuk orang yang bertakwa akan diberi jalan keluar dari arah yang terduga sama sekali.

Tergantung bagaimana kita bisa memprogram alam bawah sadar kita tentang kesuksesan yang ingin kita capai. Dan jangan lupa memprogram untuk bisa langsung bangkit lagi, ketika kita terjatuh.
Sumber : http://rengoneng.com/
http://forumbebas.com/